BISNIS.COM, JAKARTA—Nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan 2,51% dibandingkan dengan Januari 2013 yang mencapai US$14,99 miliar. Hal ini disebabkan penurunan nilai ekspor migas dan nonmigas.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan angka ini juga lebih rendah hingga 4,5% dibandingkan dengan Februari 2012. Bila dibandingkan dengan Januari 2013 masing-masing mengalami penurunan 4,29% dan 2,14%.
“Namun, untuk nonmigas sudah ada perkembangan yang bagus. Walaupun menurun dari bulan kemarin, tetapi bila dilihat dari periode yang sama tahun lalu nilai kumulatifnya naik 1,63%,” kata Suryamin dalam jumpa pers, Senin (1/4/2013).
Dia menyebutkan nilai ekspor nonmigas Januari-Februari 2013 adalah US$25,17 miliar. Adapun pada periode yang sama tahun lalu hanya US$24,76 miliar.
Suryamin menambahkan nilai ekspor migas Februari 2013 menurun hingga 4,29%, dari US$2,65 miliar pada Januari 2013 menjadi US$2,53 miliar. Sedangkan ekspor nonmigas senilai US$12,72 miliar turun menjadi US$12,44 miliar.
Lebih lanjut, penurunan ekspor migas disebabkan oleh menurunnya ekspor hasil minyak sebesar 15,36% menjadi US$324,1 juta dan gas 12,32% senilai US$1,40 miliar.
Dari total nilai ekspor nonmigas, golongan barang HS 2 dijit bahan bakar mineral memberikan andil terbesar dengan nilai US$2,07 miliar. Lainnya, lemak dan minyak hewan/nabati sebesar US$1,65 miliar. Namun, komoditas ini mengalami penurunan terbesar dibandingkan tahun lalu yang mencapai US$1,94 miliar.
Peningkatan terbesar justru pada mesin/peralatan listrik hingga US$123,1 juta menjadi US$955,2 juta. Disusul karet dan barang dari karet yang naik US$54,1 juta menjadi US$809,3 juta.
Suryamin merinci pangsa pasar ekspor nonmigas ini sebesar 34,89% terbagi ke negara China, Jepang, dan Amerika Serikat. Nilai ekspor masing-masing mencapai US$1,80 miliar, US$1,37 miliar, dan US$1,16 miliar.