BISNIS.COM, JAKARTA -- Meski tahun ini diusung sebagai tahun pemboran oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi pemboran masih belum terlihat signifikan.
Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini mengatakan sedang mencari permasalahan lambatnya realisasi kegiatan pemboran, baik pemboran sumur eksplorasi maupun sumur pengembangan.
“Yang paling terlihat, masalah kita adalah manusianya, banyak orang pintar yang justru malah kerja di luar negeri,” kata Rudi dalam diskusi Inspiring Talk “Indonesia Oil and Gas Industry Outlook 2013 Oppotunities and Challenges” di kantor Kementerian ESDM, Senin (25/3/2013).
Rudi menilai, tenaga kerja di sektor migas lebih memilih kerja di luar negeri dengan alasan pendapatan yang lebih besar. Sementara, di dalam negeri, sangat sulit mencari tenaga kerja.
“Coba bayangkan saja, di sebuah perusahaan migas, untuk level 1 dan level 2, bisa dikatakan 1 orang Indonesia dan 4 orang luar, ya memang sekitar 1:4 perbandingannya,” tambah Rudi.
Yang menjadi tantangan industri migas adalah melaksanakan program-program pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri hulu migas untuk berbagai level, mulai dari tingkat operator hingga tingkat pimpinan.
Berdasarkan data SKK Migas, dari jumlah target pemboran sumur pengembangan dari Januari-Maret 2013 selalu jauh dari realisasi yang ada. Untuk Januari 2013, dari target sebanyak 92 rencana pemboran sumur pengembangan, hanya 65 yang terealisasi.
Kemudian, pada Februari 2013, dari target 107 sumur pengembangan, hanya 53 yang terealisasi. Sepanjang Maret (sampai 4 Maret 2013) dari rencana 102 pemboran, baru terealisasi 35 sumur.