JAKARTA--Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Januari 2013 sebesar 1,03% atau 4,57% year-on-year.
Inflasi Januari 2013 tersebut merupakan angka tertinggi sejak 2009.
"Inflasi bulan ini cukup tinggi dibandingkan dengan bulan yang sama dalam 4 tahun terakhir," ujar
Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Jumat (1/2//2013).
Suryamin mengatakan laju inflasi pada Januari biasanya tercatat di bawah 1%, bahkan pada Januari 2009 sempat terjadi deflasi sebesar 0,07%.
"Inflasi ini naik dibandingkan dengan 2012 yang hanya mencapai 0,76%, dan lebih tinggi dari 2009 yang tercatat deflasi," katanya.
Untuk itu, Suryamin mengharapkan para pengambil kebijakan dapat mengambil langkah untuk mengendalikan laju inflasi, yang telah tercatat tinggi, mulai awal tahun ini.
"Jadi, sangat penting untuk mengendalikan harga mulai saat ini, agar inflasi dapat terkendali," ujarnya.
Suryamin memaparkan inflasi inti pada Januari 2013 tercatat sebesar 0,36%, harga diatur pemerintah 0,20%, sedangkan inflasi harga bergejolak tercatat 3,76%.
"Yang bergejolak cukup tinggi didorong komoditas yang terpengaruh musim, seperti sayuran, daging ayam, cabai, dan bawang," jelasnya.
Dari 66 kota yang disurvei, inflasi tertinggi pada bulan lalu terjadi di Sibolga 3,48% dan Sampit 2,91%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Sorong -0,98% dan Manokwari -0,75%.
"Deflasi di Timur karena turunnya harga ikan dan transportasi udara," kata Suryamin.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi Januari 2013 utamanya dipicu oleh kelompok bahan makanan 3,39%, dan kelompok makanan jadi dan rokok 0,54%.
"Harus diantisipasi risiko inflasi year-on-year yang tinggi dari kolompok makanan. Ini komoditas yang banyak dikonsumsi masyarakat dan sangat terkait dengan tingkat kemiskinan," ujarnya.
Adapun, kelompok biaya transportasi justru tercatat mengalami deflasi 0,28% pada Januari 2013. (Antara/spr)