
MALANG-Petani di Kabupaten Malang menilai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah kering lebih rendah jika dibandingkan dengan harga beli tengkulak. Sehingga petani enggan menjual ke Perum Bulog. Fachturoji, salah satu Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang, mengatakan petani yang tergabung dalam Gapoktan saat ini enggan menjual hasil panen padinya ke Perum Bulog. “Hal itu disebabkan karena harga gabah kering lebih tinggi bila dijual kepada pengepul. Sementara harga Bulog lebih rendah dari tengkulak. Dimana gabah kering jika dijual kepada pengepul mencapai Rp430.000 per kwintal, sedangkan Bulog hanya berani membeli Rp370.000 per kwintal,” kata Fachturoji di Malang, akhir pekan lalu. Menurutnya, harga pembelian Bulog sebesar Rp370.000 per kwintal tersebut sesuai dengan HPP. Sehingga secara otomatis petani lebih memilih menjual hasil panen padinya ke tengkulak. Produksi petani di Kecamatan Pakisaji, ujar dia, menunjukkan tren yang meningkat. Pasalnya para petani menggunakan bibit padi dengan jenis varian baru Ciherang.“Sebelumnya produksi padi per hektare berkisar antara 6-7 ton, kini setelah menggunakan Ciherang produksi meningkat hingga 8-10 ton per hektare.”Peningkatan produksi padi tersebut, salah satunya berkat bantuan dari Program Gerakan Peningkatan Produk Pangan Berbasis Korporasi (PG3K) yang digulirkan oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui PT. Pertani.“Dengan bantuan tersebut petani lebih optimal dalam meningkatkan produksi padinya.”Bupati Malang, Rendra Kresna, mengatakan keberhasilan program PG3K di Pakisaji tersebut ditandai dengan panen raya di lahan seluas 97 hektare.Keberhasilan program PG3K tersebut, lanjut bupati, juga menambah keberhasilan peningkatan produksi padi di Kabupaten Malang. Apalagi petani dibeberapa kecamatan juga berhasil meningkatkan produksi padinya dengan menggunakan system rice intensification (SRI) dimana hasil produksinya juga berkisar 8-10 ton per hektare.Keberhasilan menggunakan Ciherang dan SRI di Kabupaten Malang, kata dia, akan mendongkrak produksi padi di Kabupaten Malang. Dimana pada 2011 Kabupaten Malang surplus beras sebanyak 67.000 ton. Harapannya pada 2012, Kabupaten Malang kembali surplus dan jumlahnya lebih besar dari 2011.“Selain itu ketahanan pangan di Kabupaten Malang pada 2011 juga surplus yakni mencapai 753.000 ton yakni berupa kedelai, jagung, maupun umbi-umbian. Lahan persawahan di Kabupaten Malang mencapai 350.000 hektare dan yang ditanami padi mencapai 43.000 hektare.”Terkait harga pembelian Bulog yang rendah, bupati berjanji akan melakukan koordinasi dengan Perum Bulog Sub Divisi Regional Malang, agar membeli harga gabah kering dari petani lebih tinggi dari tengkulak.“Atau paling tidak mendekati harga tengkulak. Sebab dengan mendekati harga tengkulak sebesar Rp430.000 per kwintal maka akan merangsang petani untuk menjual hasil panennya ke Bulog,” jelas bupati.(api)