JAKARTA : Pemerintah berharap kebijakan Bank Indonesia untuk menjaga rupiah di level yang dapat meredam impor dan membuat ekspor lebih kompetitif tidak berujung pada deviasi asumsi kurs dalam APBN-P 2012 yang ditetapkan Rp9.000 per dolar AS.Prasetijono Widjojo, Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengatakan pemerintah masih memantau gejolak nilai tukar rupiah.Pasalnya, sepanjang 2 pekan lalu, rupiah sempat terdepresiasi hingga menyentuh level kurs jual terendah Rp9.618 per dolar AS pada 30 Mei 2012.Dia mengakui arah kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah terkait nilai tukar mengarah pada level yang nyaman dan kompetitif bagi kegiatan eksportasi. Di sisi lain, nilai tukar dijaga di level yang diharapkan dapat meredam impor."Kita lihat lah, belum tahu, mudah-mudahan tidak [melampaui asumsi nilai tukar dalam APBN-P 2012]," ujarnya, Jumat 8 Juni 2012.Berdasarkan APBN-P 2012, setiap deviasi Rp100 dari asumsi rata-rata nilai tukar Rupiah berisiko menambah defisit anggaran sebesar Rp2,02 triliun-Rp2,46 triliun.Padahal dalam APBN-P 2012, kebutuhan pembiayaan yang dibutuhkan untuk menutup defisit 2,23% sudah mencapai Rp190,1 triliun.Prasetijono menilai intervensi dan kebijakan term deposit valas yang dikeluarkan BI efektif untuk mengendalikan nilai tukar rupiah agar tidak terlalu bergejolak sehingga dampak inflasi yang ditransmisi melalui komponen imported inflasi diperkirakan tidak signifikan."Kalau tidak terlalu bergejolak, saya kira inflasi dari imported inflation juga tidak terlalu signifikan," katanya. (ra)
BACA JUGA:
- Selamatkan WAMEN, Presiden teken keppres baru
- EURO 2012: Prediksi POLANDIA vs YUNANI
- TRANSIT VENUS: Berulang Kembali Pada 2117