JAKARTA: Memantau perkembangan ekonomi global, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Hatta Rajasa mengaku agak khawatir terhadap risiko kekeringan likuiditas yang berujung pada penurunan investasi.
"Yang saya agak khawatir itu kalau investasi mengering, menurun. Eksportir uangnya juga harus di parkir di dalam negeri supaya valas kita kuat," tutur Hatta di kantornya, Senin 13 Februari.
Berdasarkan catatan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2011, total realisasi investasi mencapai Rp251,3 triliun, terdiri dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp76 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp175,3 triliun.
Sementara itu, negara yang menanamkan modal paling besar di Indonesia ialah Singapura senilai US$5,1 miliar, Jepang US$1,5 miliar, Amerika Serikat US$1,5 miliar, Belanda dan Korea Selatan dengan nilai investasi masing-masing sebesar US$1,4 miliar dan US$1,2 miliar.
Menurut Hatta, pemerintah memantau pertumbuhan ekonomi di Jepang, China, India, dan Amerika Serikat sebagai mitra dagang utama dan penanam modal terbesar di Indonesia.
Penurunan pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal VI/2011 sebesar 2,3% dan kekhawatiran atas pertumbuhan China yang melambat ke level 4% akibat risiko resesi Eropa turut menjadi perhatian.
Purchasing manufacture index (PMI) di China yang masih berada di level indeks lebih dari 50, lanjut Hatta, menandakan kondisi ekonomi China yang masih ekspansif karena didukung pasar domestik yang besar dan pasar internasional yang masih cukup besar.
Hatta juga optimistis komoditi utama ekspor Indonesia masih akan laku di pasar China, India, Jepang, dan AS, pasalnya sebagian komoditi utama tersebut sebagian besat tidak bisa disubstitusi oleh produk ekspor dari negara lain.
"Saya kira komoditas kita akan terus mereka perlukan. Memang kalau mereka drop pertumbuhannya, ya akan mempengaruhi ekspor kita, terutama China, India, Jepang, Amerika Serikat, kalau Eropa tidak terlalu," ujar Hatta.
Menko Perekonomian menuturkan porsi ekspor terhadap total produk domestik bruto Indonesia yang sekitar 25% dari US$850 miliar terbilang rendah dan berdampak minim terhadap keseluruhan postur PDB. Badan Pusat Statistik mencatat, total ekspor Indonesia pada 2011 mencapai US$203,62 miliar.
"Bandingkan dengan Singapura yang ekspor terhadap PDB-nya sudah 200%, Malaysia sudah mendekati 90% dari PDB. Kalau kita, ada pukulan sedikit di sisi ekspor, perlebar saja pasar domestik kita," kata Hatta.
Namun, Hatta mengingatkan agar pemerintah harus mengantisipasi limpahan produk impor menguasai pasar dalam negeri.
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah berusaha menjaga pasar domestik dengan pengawasan di pintu masuk impor di pelabuhan dan meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan nasional.
"Jangan biarkan produk dari luar mengisi pasar kita, perlu samakan persepsi (antarpemerintah pusat dan daerah) untuk amankan pasar kita. Misalnya dibatasi pintu masuk produk impor holtikultura hanya ," tambahnya. (ea)