JAKARTA: Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia dapat tumbuh dengan cukup stabil di tengah gejolak ekonomi eksternal. Namun, infrastruktur dan logistik yang tidak efisien berpotensi memicu inflasi.Thomas Rumbaugh, Mission Chief of Indonesia dari IMF menuturkan pemerintah harus mengefisienkan infrastruktur dan logistik sebagai penunjang potensi ekonomi domestik."Hal ini harus diefisienkan, karena Indonesia memiliki potensi ekonomi internal yang harus dikembangkan. Misalnya, internal trade yang sangat penting sebagai growth generated," ujar Rambaugh dalam seminar bertajuk "Indonesia--Sustaining Growth During Global Volatility", hari ini. Rumbaugh menilai volatilitas arus modal masuk ke Indonesia merupakan tantangan yang harus dihadapi Indonesia sebagai konsekuensi integrasi dengan pasar finansial global. Untuk itu, Indonesia dinilai perlu menyiapkan sistem stabilitas finansial yang lebih kokoh, jaring pengaman sistem keuangan, dan cadangan devisa yang memadai sebagai bantalan."Gelembung dari sisi harga aset, pertumbuhan kredit yang tidak terkendali, dan potensi-potensi bubble ekonomi lainnya perlu diantisipasi," ujarnya.Pengalaman menghadapi krisis pada 1998-1999 dan 2008-2009, lanjut Rumbaugh, menjadikan pemerintah Indonesia lebih pruden dalam mengantisipasi risiko krisis yang datang dari faktor eksternal, seperti transmisi dari krisis utang Uni Eropa. Rasio utang dan defisit anggaran yang rendah dinilai sebagai bentuk kebijakan fiskal yang berkelanjutan."Ini menyiratkan potensi untuk mempertahankan pertumbuhan di level yang tinggi selama bertahun-tahun, didukung pula oleh demografi positif," katanya.Rumbaugh juga memuji Indonesia yang telah berhasil mengurangi tingkat inflasi menjadi satu digit pada beberapa tahun terakhir. Menurutnya, inflasi yang memiliki kecenderungan penurunan lebih lanjut akan membantu meningkatkan fungsi pasar kredit, mengurangi biaya pinjaman, dan secara keseluruhan mengurangi vunerabilities makroekonomi.Direktur Riset EKonomi dan Kebijakan Moneter Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai dalam jangka pendek krisis Eropa mempengaruhi pasar finansial di Indonesia, namun diperkirakan tidak akan sebesar fluktuasi yang terjadi pada Oktober-November tahun lalu."Risk-on, risk-off bisa saja terjadi, tapi setelah itu analisis kita capital inflow lebih banyak dari outflow dalam bentuk portofolio inflow. Nah di Januari saja, dana yang masuk ada US$1,6 miliar dalam bentuk obligasi pemerintah dan saham," ujar Perry.Perry juga meyakini cadangan devisa Indonesia cukup memadai untuk menghadapi resiko pembalikan modal. Selain menghadapi capital reversal, cadangan devisa juga ditujukan sebagai dana untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan sebagai buffer untuk membayar impor. Bank Indonesia mencatat, per 31 Januari 2012, cadangan devisa Indonesia mencapai US$111,99 miliar."Berdasarkan faktor-faktor itu kita lakukan perhitungan-perhitungan. Cadangan devisa kita masih cukup mampu, tidak hanya untuk membayar utang, membayar impor sampai 6% lebih, tapi juga cukup kalau terjadi capital reversal dengan stadium mild sampai moderat," ujarnya. (faa)
EKONOMI INDONESIA: IMF kritisi soal infrastruktur & logistik di Tanah Air
JAKARTA: Dana Moneter Internasional (IMF) menilai Indonesia dapat tumbuh dengan cukup stabil di tengah gejolak ekonomi eksternal. Namun, infrastruktur dan logistik yang tidak efisien berpotensi memicu inflasi.Thomas Rumbaugh, Mission Chief of Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Diena Lestari
Editor : Dara Aziliya
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 jam yang lalu
Taruhan Besar di Saham Adaro Minerals (ADMR)
4 jam yang lalu