Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Percepatan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan masih menunggu koordinasi pemerintah terkait persiapan dokumen, program, dan dampak fiskal yang ditimbulkan. 
 
Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengungkapkan pemerintah tengah melihat perkembangan kondisi ekonomi terhadap indikator-indikator makro dalam APBN 2012. Percepatan pembahasan APBN-Perubahan dimungkinkan dengan persiapan dokumen, program, dan impact-nya terhadap postur government budget.
 
"Sedang dikoordinasikan di pemerintah, karena harus dirapatkan di sidang kabinet, baru diputuskan percepatan dilakukan atau tidak. Sekarang sedang proses dokumentasinya, kemudian pembahasannya melihat segala impact dari perubahan asumsi, utamanya kepada postur sejauh mana," tuturnya  hari ini.
 
Kalau dirasa diperlukan, tambah Anny, pemerintah akan melakukan percepatan APBN-P sesegera mungkin. "Ada proses yang harus kita jalani. Saya belum bisa menjawab kapan akan diajukan apakah Maret, April atau kapan. Pokoknya jika dirasa perlu, tidak boleh terlambat," ujarnya.
 
Luki Alfirman, Kepala bidang Kebijakan Belanja Pusat, Pusat Kebijakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (PK APBN) BKF, mengungkapkan pihaknya terus memantau dan mengkaji perkembangan asumsi makro dalam APBN, seperti tingkat pertumbuhan, inflasi, lifting minyak, ICP, dan nilai tukar. Secara legal formal, peluang deviasi salah satu variabel asumsi makro APBN tersebut sudah memungkinkan diajukannya APBN Perubahan oleh pemerintah.
 
"Yang agak mengkhawatirakan itu harga minyak dunia dan ICP memang, saat ini kami sedang mengkajinya terus dengan berbagai opsi perubahan yang mungkin dapat diimplementasikan kalau APBNP diajukan. Namun, kami belum sampai pada keputusan," ujar Luky kepada Bisnis hari ini. 
 
Namun, Luky menekankan deviasi tersebut tidak serta merta mendorong pengajuan APBNP, karena harus mempertimbangkan kapasitas APBN dalam mengkompensasi kenaikan variabel asumsi makro dan cadangan risiko fiskal yang dimiliki pemerintah. 
 
Mengutip proyeksi OPEC Basket 2012, Direktur Centre for Petroleum & Energy Studies Kurtubi mengungkapkan tren harga minyak sepanjang 2012 akan terus naik dan diperkirakan mengerek harga minyak mentah Indonesia ke level US$100-130 per barel dengan nilai rata-rata sekitar US$115 per barel. Proyeksi ini lebih tinggi US$25 per barel dibandingkan asumsi ICP dalam Undang-Undang APBN 2012 yang ditetapkan sebesar US$90 per barel. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Diena Lestari
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper