JAKARTA: Tren harga minyak sepanjang 2012 yang terus naik diperkirakan mengerek harga minyak mentah Indonesia ke level US$100-130 per barel dengan nilai rata-rata sekitar US$115 per barel.Nilai proyeksi rata-rata ICP ini lebih tinggi US$25 per barel dibandingkan dengan asumsi ICP yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012, yakni US$90 per barel.Kurtubi, Direktur Centre for Petroleum & Energy Studies, mengungkapkan seiring dengan ketegangan Iran dengan negara-negara Barat yang semakin memanas dan ancaman penutupan akses pelayaran di Selat Hormuz, prospek harga minyak dunia mengarah pada pelonjakan yang cukup signifikan.Pasalnya, harga "emas hitam" ini bukan saja bergantung pada supply dan demand, tapi juga pada faktor geopolitik dan aksi spekulasi."Harga minyak dunia itu banyak ditekan oleh faktor geopolitik. Semakin panas Iran, semakin mendidih pasar minyak itu. Angka supply dan demand-nya sebenarnya seimbang-seimbang saja sekalipun pada 2012 demand naik sekitar 1,2-1,4 juta barel per hari," ujar Kurtubi, hari ini (02/02).Permintaan minyak dunia, lanjut Kurtubi, menunjukkan peningkatan meskipun Eropa tengah dirundung krisis. Akan tetapi apabila tidak terjadi krisis di Eropa, permintaan minyak dunia bisa mencapai peningkatan minimal 2 juta barel per hari. Sedangkan konsumsi bahan bakar minyak di Indonesia, meningkat sekitar 6% per tahun.Menurut Kurtubi, apabila supply minyak dari Teluk Persia hilang karena blokade Selat Hormuz, pasar minyak dunia akan panik dan harga minyak berpotensi menembus US$150-200 per barel. Namun, apabila tidak berlanjut, harga minyak brent atau ICP 2012 diperkirakan US$115 per barel dengan range fluktuasi antara US$100-130 per barel."Pada 2012, probabilitas harga minyak brent US$115 per barel sebesar 80%, US$125 per barel probabilitasnya 40% dan perkiraan harga US$150 per barel probabilitasnya 20%. Harga ICP lebih mendekati harga brent/OPEC Basket 2012, yaitu sekitar US$115 per barel," papar Kurtubi.Seperti yang diungkapkan Plt Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Rofyanto Kurniawan, setiap deviasi ICP sebesar US$1 per barel dari asumsi APBN 2012, akan ada tambahan defisit senilai Rp0,8 triliun. Jadi, apabila terjadi deviasi asumsi ICP sebesar US$25, maka akan ada tambahan anggaran sebesar Rp20 triliun.Selain deviasi asumsi ICP, krisis Timur Tengah juga berpotensi mengganggu produksi minyak (lifting) yang pada 2012 ditargetkan mencapai 950 ribu barel per hari."Saya perkirakan produksi minyak nasional termasuk kontraktor asing 905 ribu barel/hari. Full kapasitas produksi ini hanya mempu memenuhi 70% dari kebutuhan nasional, 30% lainnya kita impor dengan harga mahal," ujar Kurtubi.Kilang minyak Cilacap sebagai kilang terbesar di Indonesia, tambah Kurtubi, juga bergantung pada suplai minyak mentah dari Timur Tengah. Apabila tidak bisa beroperasi normal akibat kekurangan pasokan, pasar dalam negeri berpotensi kehilangan 1/3 dari total kebutuhannya."Tapi ada upaya antisipasi dari pemerintah, Pertamina minta minyak yang dihasilkan dari perut bumi Indonesia, termasuk bagian dari kontraktor asing untuk tidak diekspor melainkan akan dibeli Pertamina dengan harga pasar. Untuk mendukung hal ini pemerintah harus intervensi, bisa jadi dengan menerapkan pajak ekspor untuk minyak, sehingga pasokan kita di dalam negeri juga terjaga," tuturnya. (04/Bsi)
HARGA MINYAK: APBN diprediksi tekor Rp20 triliun
JAKARTA: Tren harga minyak sepanjang 2012 yang terus naik diperkirakan mengerek harga minyak mentah Indonesia ke level US$100-130 per barel dengan nilai rata-rata sekitar US$115 per barel.Nilai proyeksi rata-rata ICP ini lebih tinggi US$25 per barel
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Diena Lestari
Editor : Puput Jumantirawan
Topik
Konten Premium