JAKARTA: Pencapaian investment grade diyakini dapat memberikan berbagai keuntungan bagi perekonomian, namun hal itu bukanlah menjadi tujuan akhir.
Zona layak investasi ini diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia ke tingkat potensialnya, yang perkirakan mencapai 7,0%.Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution mengungkapkan perekonomian Indonesia perlu menyusun langkah-langkah strategis untuk mengarahkan aliran dana yang masuk seiring investment grade sebagai pendorong kegiatan ekonomi, insentif pembangunan, dan investasi jangka panjang yang stabil."Selama ini kita belum mencapai potensial pertumbuhan keseimbangan. Kita baru mencapai di titik subordinat. Itulah sebabnya, perlu menyusun langkah-langkah di sektor riil, moneter dan perbankan, sehingga equlibirium pertumbuhan ekonomi berada di titik yang optimal, semakin dekat ke pertumbuhan potensial kita," ujar Darmin dalam acara Financial Lecture "Pasca-Investment Grade, What's Next?", hari ini.Untuk itu, Darmin berharap peran BUMN dapat ditingkatkan untuk memacu ekonomi di tengah peran sektor swasta yang diperkirakan melambat.
Selain itu, Darmin juga menuturkan perlunya keterbukaan, akurasi, dan disiplin untuk memperbaiki struktur makroekonomi maupun mikroekonomi Indonesia.Menurut Darmin, Indonesia juga harus mengembangkan instrumen investasi yang lebih banyak dan atraktif, baik oleh pemerintah melalui Kementerian Keuangan, obligasi BUMN, maupun sektor swasta.
Namun, Darmin juga menyoroti ketertinggalan pasar keuangan Indonesia yag cenderung minim varian instrumen keuangan dan belum banyaknya jumlah perusahaan Indonesia yang go public.Masalah infrastruktur, tambah Darmin, merupakan bottleneck Indonesia dalam mencapai pertumbuhan ekonomi potensialnya yang diperkirakan mencapai 7%. Menurutnya, apabila infrastruktur dibenahi dengan baik, Indonesia berpotensi mencapai pertumbuhan potensialnya."Kita tidak punya cukup pengeluaran untuk membangun infrastruktur, terlebih upaya untuk mendorong swasta untuk bangun infrastruktur juga tidak berjalan dengan baik. Kalau itu dibenahi, potensi pertumbuhan kita mampu mencapai 7%," tutur Darmin.Selain masalah infrastruktur, Darmin juga menyoroti neraca transaksi berjalan yang cenderung mengalami defisit seiring tinggi pertumbuhan impor dibandingkan dengan ekspor.
Dengan neraca transaksi berjalan yang defisit, neraca transaksi keuangan harus surplus besar, agar neraca pembayaran Indonesia (NPI) tetap surplus."Mulai kuartal IV/2011 transaksi berjalan mulai defisit. Secara keseluruhan 2011 transaksi berjalan memang masih surplus. Tapi 2012 kelihatannya sepanjang tahun akan defisit," ungkapnya.Namun, Darmin mewanti-wanti agar arus dana yang masuk ke neraca finansial sebaiknya didominasi oleh dana jangka panjang yang lebih bersifat stabil dibandingkan short-term-capital inflow yang berisiko tinggi terhadap terjadinya capital reversal."Ini adalah kelemahan sistem ekonomi kita. Industri kita tidak memiliki kedalaman untuk menghasilkan barang baku dan barang modal, maka impor tumbuh lebih cepat daripada ekspor. Struktur industri harus diperbaiki dari sekarang, karena hasilnya belum tentu muncul dalam waktu lima tahun," kata Darmin.Gubernur BI menilai investment grade dari Fitch Ratings hanya merupakan tonggak untuk semakin maju. Banyak hal yang harus dibenahi supaya Indonesia juga mendapatkan peringkat investment grade dari dua lembaga rating kredit lainnya, Standard & Poor's dan Moody's."Awal tahun ini kita akan direview oleh S&P dan Moody's, mudah-mudahan penilaiannya positif," harapnya. (Bsi)