Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AGUS MARTOWARDOJO: Ekonomi kita kuat !

JAKARTA: Perlambatan ekonomi dunia pada 2012 diproyeksikan akan berdampak negatif pada ekspor. Untuk itu pemerintah mulai bersiap, mulai dari penataan kawasan berikat hingga optimalisasi perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement).Menteri Keuangan

JAKARTA: Perlambatan ekonomi dunia pada 2012 diproyeksikan akan berdampak negatif pada ekspor. Untuk itu pemerintah mulai bersiap, mulai dari penataan kawasan berikat hingga optimalisasi perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement).Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengungkapkan krisis global akan berdampak pada kinerja ekspor dan volume perdagangan. Namun, perekonomian Indonesia yang tidak terlalu tergantung pada ekspor, diyakini tidak akan terlalu terpengaruh.Pada kuartal III/2011, struktur Produk Domestik Bruto masih didominasi konsumsi rumah tangga dengan porsi 54%, investasi 32%, konsumsi pemerintah 9%, dan net ekspor 5%. Dari sisi pertumbuhannya, ekspor pada kuartal III/2011 melaju 18,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan impor tumbuh 14,2%."Ekonomi kita kuat di domestik. Tidak seperti negara-negara lain yang porsi ekspor terhadap PDB-nya besar," ujar Agus akhir pekan lalu.Untuk mengantisipasi pengaruh krisis global dari sisi ekspor, lanjut Agus, Indonesia harus menjaga sistem dan lingkungan ekonomi yang sehat, a.l melalui inisiatif penertiban kawasan berikat melalui PMK No.147/2011 yang mengembalikan filosifi pembentukan kawasan berikat pada orientasi produksi untuk kepentingan ekspor. Selain itu, pemerintah juga menerapkan fasilitas nomor induk kepabeanan (NIK) demi kemudahan pendataan kegiatan impor-ekspor. Hal ini juga diiringi sinergitas dan koordinasi yang semakin intensif di antarkementerian."Kita juga mengawasi NIK benar implementasinya, karena ada di importir-eksportir yang melakukan kegiatan impor-ekspor tapi tidak ingin  ketahuan identitasnya. Bahkan cenderung berlindung di balik perusahaan-perusahaan yang sebetulnya tidak mencerminkan kegiatan impor-ekspor," kata Agus.Selain itu, Indonesia perlu melihat potensi pasar baru dan menjaga pasar domestik untuk mengantisipasi pemanfaatan pasar Indonesia secara negatif oleh negara-negara eksportir yang mengalihkan pasar tradisionalnya akibat terpengaruh turbulensi ekonomi global. Untuk itu, pemerintah berupaya mengurangi barang-barang impor ilegal dan selundupan ke Indonesia."Jadi yang musti kita lakukan, terus melihat peluang-peluang pasar ekspor dari negara-negara yang tidak bermasalah. Kita tetap mengharapkan pencapaian ekspor bisa seperti tahun-tahun sebelumnya dan lebih besar lagi. Melebihi US$200 miliar," tuturnya.Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti juga menegaskan perlunya pencegahan impor ilegal dengan menutup celah-celah masuknya produk impor ilegal di pelabuhan dan bandar udara. "Yang kedua kita harus mengelola impor dengan baik. Public campign untuk gunakan produk lokal itu harus digalakkan lagi," ujarnya.Sementara itu, menurut Amalia, FTA harus dioptimalkan penggunaannya karena Indonesia sudah terikat oleh komitmen tersebut dan pengajuaan review terhadap sejumlah pos tarif akan cenderung sulit."Justru harus kita optimalkan penggunaanya. FTA yang sudah ada itu memang agak sulit, bukan berarti tidak bisa, untuk kita mundur kembali, karena itu sudah kesepakatan," ungkapnya.Misalnya tarkait FTA Asean dengan China, apabila Indonesia ingin mengajukan review untuk beberapa pos tarif produk ekspor-impor, pemerintah harus merangkul semua negara Asean untuk kemudian bernegosiasi dengan China.Dia justru berharap pengusaha dapat mengoptimalkan FTA untuk menggiatkan kinerja ekspor, karena FTA membuka peluang produk ekspor Indonesia masuk ke pasar dengan lebih dalam dengan tarif bea masuk dan bea keluar yang lebih rendah."Masalahnya, pemanfaatan itu yang belum optimal. Di sisi lain, tentunya daya saing dari supply produksi harus kita tingkatkan juga. Caranya dengan meningkatkan iklim usaha dan iklim investasi yang lebih baik," katanya.Amalia mengakui, sejak berjalannya komitmen FTA Asean-China, impor Indonesia dari negara Tirai Bambu tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan ekspor Indonesia ke China."Sebenarnya, semenjak itu impor kita jadi lebih banyak, tapi kita juga harus kaji per komoditas. Tidak serta merta karena FTA kita jadi defisit," akunya.Namun, Amalia melihat potensi ekspor nonmigas Indonesia masih cerah mengingat Indonesia merupakan eksportir utama dunia untuk beberapa komoditas seperti batu bara, nikel, dan timah. Namun, seiring komitmen untuk tidak mengekspor barang tambang mentah (raw material) pada 2014, industri dalam negeri menghadapi pekerjaan rumah besar untuk dapat meningkatkan nilai tambah (value added) dari pengolahan bahan tambang yang berpotensi mendorong ekspor. (faa) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Diena Lestari
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper