Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BP Migas: Renegosiasikan harga gas alam ke China US$7/MMBTU

JAKARTA: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) berharap renegosiasi harga penjualan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Tangguh, Papua, ke Fujian, China bisa meningkat menjadi sekitar US$5-US$7 per juta British

JAKARTA: Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) berharap renegosiasi harga penjualan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) dari Tangguh, Papua, ke Fujian, China bisa meningkat menjadi sekitar US$5-US$7 per juta British thermal unit (MMBTU).Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini mengatakan yang jelas, perbaikan harga ekspor LNG Tangguh harus lebih tinggi dari harga rata-rata domestik saat ini yang sekitar US$5 per MMBTU.“Minimal harus lebih tinggi dari dalam negeri. Rata-rata domestik sekarang kan US$5 per MMBTU, meski lagi didongkrak sampai US$7 per MMBTU. Harapan kami untuk Tangguh antara US$5-US$7 per MMBTU,” ujarnya ketika ditemui di Kantor Kementerian Perekonomian, hari ini.Namun, perbaikan harga di kisaran tersebut sebenarnya masih di bawah harga ekspor LNG saat ini yang rata-rata sudah di atas US$10 per MMBTU. Menanggapi hal itu, Rudi mengatakan pada dasarnya merubah harga ekspor dari yang sebelumnya sangat rendah menjadi lebih tinggi, adalah tidak mudah.“Mendongkrak sesuatu yang tadinya rendah juga tidak gampang. Yang jelas, dia [China] juga harus merasakan bahwa bisnis LNG ini harus fair kepada semua orang, termasuk pada kita, negara Indonesia,” ujarnya.BP Migas akan mengupayakan perubahan formula harga penjualan gas Tangguh yang akan berujung pada perbaikan harga. BP Migas akan memperbaiki ceiling price atau formula batas atas harga minyak mentah sesuai patokan Japan Crude Cocktail (JCC).Pada 2002 saat kontrak ekspor LNG ke Fujian ditandatangani, batas atas yang dipakai adalah JCC US$24 per barel, sehingga harga gas rata-rata US$2,4 per MMBTU. Selanjutnya pada 2006, batas atas dinaikkan menjadi US$38 per barel, sehingga harga gas menjadi US$3,35 per MMBTU sampai hari ini.“Dulu dibatasi US$38, nanti batasan ini yang akan kita naikkan jadi agak tinggi. Jadi tetap pakai ceiling, itu yang nanti dinaikkan,” ujar Rudi.Rudi mengatakan tim kerja renegosiasi gas Tangguh dari BP Migas yang dipimpinnya itu bukan berarti mendahului tim renegosiasi bentukan Menko Perekonomian. BP Migas, lanjutnya, hanya berinisiatif memulai renegosiasi yang diharapkan bisa dilakukan pertengahan Januari ini.“Yang tim Menko dan sebagainya itu, biarkan saja. BP Migas hanya berinisiatif memulai, ini di luar tim Menko. SK-nya dari Kepala BP Migas sudah keluar Desember lalu, nanti saya coba mulai kira-kira pertengahan bulan ini [renegosiasinya],” ujarnya.Menurutnya, hasil renegosiasi juga bisa menentukan apakah sebagian LNG yang diekspor ke China itu bisa dialihkan untuk domestik.“Itu tergantung hasil negosiasi. Kalau nego harganya bagus, tidak apa-apa ke sana [ekspor] semua. Tapi kalau seandainya harganya tidak bagus, mungkin bisa kita tarik sebagian volumenya ke sini, yah itu bagian dari negosiasi,” ujarnya.Menurut Rudi, sebenarnya pembeli domestik pun siap menampung jika ada pengalihan ekspor Tangguh ke domestik, karena PLN, Pertamina dan pembeli lainnya siap membeli dengan harga hingga US$9 per MMBTU. Seperti diketahui, sebelumnya Pertamina menyatakan siap membeli harga LNG Tangguh hingga tiga kali lipat dari harga sekarang.“Jangankan Pertamina, PLN dan sebagainya pun sudah mau beli kalau memang harganya dinaikkan misalnya jadi US$9 per MMBTU,” ujarnya.Sementara itu Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo pada kesempatan yang sama mempersilakan tim dari BP Migas yang diketuai oleh Rudi Rubiandini tersebut untuk memulai renegosiasi harga. Namun, hasil kerjanya nanti tetap harus dilaporkan kepada tim renegosiasi pemerintah yang diketuai oleh Menko Perekonomian Hatta Rajasa.“BP Migas itu tim kerja, dia jalan duluan boleh, nanti lapor ke tim nasional. Kalau tim nasional, Pak Menko [Hatta] sudah tahu sih bahwa ini harus segera dibentuk timnya, paling lambat Maret 2012,” ujarnya. (faa) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper