Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat Waswas Dampak 0% Tarif Impor Produk Pertanian AS ke RI

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menyebut Indonesia harus berkorban untuk mendapatkan keringanan tarif AS.
Presiden Prabowo Subianto membagikan momen berbincang dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait dengan negosiasi tarif dagang/Instagram Prabowo Subianto
Presiden Prabowo Subianto membagikan momen berbincang dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait dengan negosiasi tarif dagang/Instagram Prabowo Subianto

Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat mewanti-wanti gempuran produk impor pertanian dari Amerika Serikat (AS) ke Indonesia yang bebas tarif atau 0% tarif impor memiliki risiko tersendiri.

Untuk diketahui, Presiden AS Donald Trump mengumumkan pemerintah Indonesia akan mengimpor produk pertanian dari AS senilai US$4,5 miliar atau sekitar Rp73,36 triliun (asumsi kurs Rp16.304 per dolar AS).

Dalam kesempatan itu, Donald Trump juga mengumumkan penurunan tarif kepada Indonesia menjadi 19% dari sebelumnya 32%.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menyebut Indonesia harus berkorban untuk mendapatkan keringanan tarif AS.

”Seperti yang saya perkirakan, bahwa deal dengan Amerika ini akan susah. Kita tidak akan bisa untuk mendapatkan penurunan tarif dari 32%, kecuali kita memberikan yang berkorban jauh lebih banyak,” kata Faisal kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).

Adapun, Faisal menilai pertanian menjadi sektor sensitif, lantaran AS yang tidak membayar tarif apa pun kepada Indonesia alias bebas dari tarif dan hambatan non-tarif sebagai bagian dari kesepakatan perdagangan AS—Indonesia.

“Karena kita dengan memberikan 0% ini luar biasa, memberikan akses yang begitu besar kepada produk-produk dari Amerika, terutama yang sensitif sebetulnya adalah pertanian,” ujarnya.

Menurutnya, pelonggaran importasi produk dari AS ke Indonesia tanpa adanya tarif perlu diantisipasi sebab bisa memiliki akses pasar yang lebih luas di berbagai macam komoditas.

Meski demikian, Faisal menyebut perlu dilihat lebih detail apakah semua produk pertanian AS dikenakan bebas tarif alias 0% ke Indonesia.

Namun, sambung dia, jika seluruh produk pertanian AS ke Indonesia tidak dikenakan tarif, maka industri harus bersiap untuk meningkatkan kapasitas produksi di dalam negeri menuju swasembada di tengah persaingan produk impor pertanian yang jauh lebih murah.

“Pertanyaannya, apakah ini kemudian sejalan dengan upaya untuk memperkuat sektor pertanian dan hilirisasi di sektor pertanian?” ujarnya.

Kendati demikian, Faisal menyebut impor produk pertanian yang bebas tarif ini berisiko terhadap pertanian Tanah Air.

“Sejauh ini, risiko yang paling besar mungkin dari sisi pertanian ini karena kita memberikan akses 0% bagi produk-produk impor dari Amerika,” imbuhnya.

Selain produk pertanian, Indonesia juga akan mengimpor energi dari AS senilai US$15 miliar atau sekitar Rp244,56 triliun.

Menurut Faisal, importasi energi dari Negara Paman Sam itu masih cukup realistis, mengingat Indonesia merupakan negara net importir. Meski begitu, sambung dia, untuk produk lain seperti manufaktur masih perlu harus dilakukan kalkulasi ulang.

Apalagi, lanjut Faisal, jika pembebasan tarif ini juga diikuti dengan penurunan non-tarif measures seperti Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).

“Ini risiko yang tambahan yang perlu kita kalkulasi ke depan dan kita perlu cari jalan keluarnya supaya tidak malah justru menjadi bumerang bagi ekonomi kita,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper