Bisnis.com, JAKARTA — Brand pakaian asal Jepang, Uniqlo, mengakui kebijakan Tarif Trump yang tinggi akan berdampak besar pada operasional bisnis mereka mulai akhir tahun ini.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (11/7/2025) untuk menekan ongkos produksi Uniqlo berencana menaikkan harga beberapa produknya. Adapun, tarif Trump untuk barang asal Jepang dikenai 25%.
Terlebih, Uniqlo memiliki sejumlah fasilitas produksi di berbagai negara yang juga dikenakan tarif tinggi oleh Amerika Serikat (AS), termasuk Indonesia, China, Vietnam, Bangladesh, India, dan lainnya.
Manajemen Keuangan PT Fast Retailing, induk usaha Uniqlo, Takeshi Okazaki mengagakan dampak dari kebijakan Trump tersebut sulit dihindari.
“Akan sulit untuk menyerap semua biaya. Pendekatan kami adalah menaikkan harga jika memungkinkan dan bukan di tempat yang tidak memungkinkan, sementara pada akhirnya berfokus pada menciptakan bisnis berkelanjutan yang menghasilkan keuntungan dengan aman,” lanjutnya.
Mayoritas produk Uniqlo yang dijual di AS diproduksi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Namun mulai 1 Agustus, Sri Lanka sebagai salah satu eksportir pakaian utama ke AS akan dikenakan tarif 30%, menurut surat pemberitahuan dari Trump pada Rabu lalu.
Baca Juga
Vietnam, pesaing utama Sri Lanka, juga akan terkena tarif 20%, sementara pengiriman tidak langsung melalui Vietnam akan dikenakan tarif lebih tinggi yakni 40%.
Meski demikian, Uniqlo memperkirakan dampak tarif pada tahun fiskal ini masih terbatas. Hal ini karena perusahaan telah mengirimkan banyak stok lebih awal ke AS.
“Dampak FY2025 kemungkinan akan terbatas, apa pun tarifnya,” tulis perusahaan dalam laporan pendapatannya.
Dalam periode tiga bulan hingga 31 Mei, Fast Retailing mencatat kenaikan laba operasi sebesar 1,4% menjadi JP¥146,7 miliar atau sekitar US$1 miliar. Namun angka tersebut masih di bawah ekspektasi analis sebesar JP¥ 153,8 miliar, menurut data jajak pendapat LSEG.
Sebagai informasi, Uniqlo yang bermula dari satu toko kecil di Hiroshima 40 tahun lalu, kini telah berkembang menjadi lebih dari 2.500 gerai di seluruh dunia. Perusahaan itu menjual pakaian kasual seperti jaket bulu dan kemeja katun yang sebagian besar diproduksi di Cina dan wilayah Asia lainnya.
Namun, model bisnis yang mengandalkan produksi murah dari Asia itu kini menghadapi tekanan akibat kebijakan tarif dari Trump dan menurunnya permintaan di pasar Cina.
Uniqlo kini mulai mengalihkan fokus pertumbuhannya ke wilayah Amerika Utara dan Eropa. Cina, yang merupakan pasar internasional terbesar mereka dengan lebih dari 900 toko, kini menunjukkan tanda-tanda pelemahan permintaan.