Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Risalah Rapat The Fed: Silang Pendapat Pejabat Bank Sentral AS soal Dampak Tarif

Pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17–18 Juni 2025, pejabat The Fed memiliki pandangan berbeda terkait dampak tarif AS terhadap inflasi.
Suasana di depan dedung Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. Reuters/Joshua Roberts
Suasana di depan dedung Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat. Reuters/Joshua Roberts

Bisnis.com, JAKARTA — Perbedaan pandangan di antara para pejabat Federal Reserve atau The Fed terkait prospek suku bunga dipicu oleh beragam ekspektasi terhadap dampak tarif terhadap inflasi, menurut risalah pertemuan terbaru bank sentral AS.

Dalam risalah pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada 17–18 Juni 2025 yang dikutip dari Bloomberg pada Kamis (10/7/2025) disebutkan meski beberapa peserta rapat menilai tarif hanya akan menyebabkan kenaikan harga satu kali dan tidak berdampak pada ekspektasi inflasi jangka panjang, sebagian besar peserta menyoroti risiko bahwa tarif bisa berdampak lebih persisten terhadap inflasi.

Proyeksi suku bunga terbaru menunjukkan bahwa 10 dari 19 pejabat memperkirakan akan ada setidaknya dua kali pemangkasan suku bunga sebelum akhir tahun ini. Namun, tujuh pejabat memperkirakan tidak akan ada pemangkasan sama sekali pada 2025, sementara dua lainnya memproyeksikan satu kali pemangkasan.

Para pembuat kebijakan mencermati adanya ketidakpastian yang signifikan terkait waktu, besaran, dan durasi dari dampak tarif terhadap inflasi. Tergantung bagaimana kebijakan tarif itu memengaruhi perekonomian dan hasil negosiasi dagang, pandangan para pejabat pun beragam terkait potensi lonjakan inflasi.

Dalam pertemuan tersebut, The Fed memutuskan secara bulat untuk mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,5% untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Keputusan ini kembali menuai kritik dari Presiden AS Donald Trump yang berulang kali mendorong penurunan suku bunga.

Kompleksitas Baru Akibat Tarif

Risalah tersebut menegaskan kebijakan ekonomi yang terus berkembang cepat, termasuk perluasan tarif oleh Presiden Trump terhadap mitra dagang utama AS, telah menyulitkan pengambilan keputusan moneter tahun ini. Selain itu, perubahan kebijakan pajak, imigrasi, dan regulasi juga turut menyumbang ketidakpastian ekonomi.

“Peserta menilai bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi meningkat seiring dinamika kebijakan dagang, kebijakan pemerintah lainnya, dan risiko geopolitik, meski secara keseluruhan ketidakpastian telah menurun dibandingkan dengan pertemuan sebelumnya,” demikian kutipan risalah tersebut.

Sebagian besar ekonom memperkirakan tarif akan mendorong inflasi dan membebani pertumbuhan ekonomi. Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyatakan bahwa bank sentral kemungkinan sudah menurunkan suku bunga lebih jauh tahun ini jika bukan karena tarif.

Namun, sejauh ini data ekonomi belum menunjukkan dampak menyeluruh dari tarif tersebut. Hal ini membuka perdebatan di kalangan pejabat bank sentral mengenai kapan, seberapa besar, dan selama apa tarif akan mendorong inflasi. Data inflasi konsumen untuk bulan Juni akan menjadi fokus utama pada 15 Juli mendatang.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper