Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC) Toto Nugroho mengungkapkan kelanjutan proyek ekosistem baterai kendaraan listrik bersama Zhejiang Huayou Cobalt Co masih terus digodok.
Huayou menggantikan posisi LG Energy Solution Ltd. yang hengkang dari Proyek Titan. LG sebelumnya berkomitmen untuk berinvestasi senilai US$9,8 miliar atau setara Rp160,8 triliun (asumsi kurs Rp16.413 per US$) pada Proyek Titan dan Omega.
Baca Juga
Adapun, Proyek Titan mencakup investasi pada proyek pertambangan nikel, smelter HPAL, pabrik prekursor/katoda, sementara Proyek Omega mencakup manufakturing sel baterai.
Toto mengatakan, pembicaraan secara intensif dengan Huayou terus dilakukan bersama PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. Dalam proyek ini, Antam akan berperan sebagai pemasok bahan baku baterai EV berbasis nikel atau nikel mangan kobalt (NMC).
"Huayou masih proses awal, nanti ada resmi mungkin karena itu antara Antam, IBC dan Huayou," kata Toto di Karawang, Jawa Barat, Minggu (29/6/2025).
Dia juga menyebut, Proyek Titan prospektif untuk dikembangkan. Apalagi Antam memiliki kapasitas untuk memasok bahan baku selayaknya untuk Proyek Dragon.
Proyek Dragon merupakan proyek konsorsium Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co. Ltd. (CBL) dengan Antam dan IBC. CBL merupakan anak usaha dari Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL).
Proyek Dragon baru saja diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto. Dengan investasi sebesar US$5,9 miliar, proyek ini dapat menghasilkan baterai EV dengan kapasitas hingga 15 GWh per tahun.
Menurut Toto, Proyek Titan bisa saja mirip dengan Proyek Dragon tersebut. Apalagi, tambang Antam masih mampu memasok bahan baku untuk proyek serupa.
"Kami lihat juga ini suatu prospek untuk sama-sama mengembangkan ini [Proyek Titan] karena tambangnya di Antam itu cukup sebenarnya untuk mengembangkan kapasitas yang satu lagi mirip [Proyek Dragon]," tutur Toto.
Dia pun berjanji memberikan informasi lebih detil terkait kelanjutan Proyek Titan itu dalam beberapa bulan ke depan.
"Kalau kita boleh tunggu 1-2 bulan lagi, nanti yang dari Antam dan IBC akan menjelaskan kurang lebih seperti apa dengan Huayou," katanya.
Proyek Titan sempat mandek hingga akhirnya LG hengkang. Kendati demikian, LG telah merealisasikan komitmen investasi US$1,2 miliar pada Proyek Omega dan telah diresmikan sejak pemerintahan Presiden RI ke-7 Joko Widodo.
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani mengatakan, raksasa smelter asal China itu sudah banyak menanamkan modal di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Adapun, saat ini investasi yang telah ditanamkan Huayou di RI sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun.
Rosan menyebut, pihak Huayou meminta waktu untuk mematangkan rencana Proyek Titan tersebut. Dalam hal ini, tak hanya sebagai pengganti LG di proyek rantai pasok baterai Indonesia, Huayou juga berencana untuk mengembangkan kawasan industri di Pomala, Sulawesi Tenggara.
"Mereka sudah pelajari dan ingin mereka investasikan di Indonesia, termasuk adalah pengembangan klaster industrial park seperti yang di Morowali dan di Weda Bay. Yang di Weda Bay mereka adalah pemegang saham minoritas, nah mereka sekarang ingin mengembangkan juga sendiri," jelasnya beberapa waktu lalu.
Pemerintah melihat minat yang tinggi dan kemampuan Huayou yang telah mumpuni lantaran sudah lama berinvestasi di Indonesia dalam bidang yang sama.
"Huayou ini dia juga sudah investasi sebelumnya di bidang yang hampir sama juga, jadi mereka memahami," kata Rosan.