Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung meminta para pimpinan konglomerat besar negeri ginseng untuk membantu memulihkan kepercayaan pasar di tengah kekhawatiran atas dampak tarif dagang yang diterapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Permintaan tersebut disampaikan Lee dalam pertemuan pertamanya dengan para pemimpin bisnis berpengaruh sejak menjabat sebagai presiden. Dalam forum tersebut, Lee berusaha menyeimbangkan antara menjalin hubungan erat dengan konglomerat raksasa (chaebol) seperti Samsung Group, SK Group, Hyundai Motor Group, LG Group, dan Lotte Group, sembari menegaskan komitmennya untuk mengurangi dominasi berlebihan mereka terhadap perekonomian Korea Selatan.
“Perekonomian kita tidak bisa lagi bertumpu pada pertumbuhan melalui persaingan tidak adil, keistimewaan khusus, atau eksploitasi pihak tertentu seperti masa lalu. Masih ada ketidakpercayaan, dan saya ingin anda semua membantu menguranginya," ujar Lee dikutip dari Bloomberg, Jumat (13/6/2025).
Lee, yang mengalahkan rival konservatifnya dalam pemilu pekan lalu, menjadikan revitalisasi ekonomi sebagai prioritas utama pemerintahannya. Para chaebol seperti Samsung Electronics Co. dan Hyundai Motor Co. selama ini menjadi penggerak utama perekonomian Korsel, tetapi juga menuai kritik karena kekuasaan bisnis yang terlalu besar dan praktik tata kelola perusahaan yang dianggap tertutup.
Dalam kampanyenya, Lee telah berjanji akan merevisi aturan komersial untuk mengakhiri praktik formalitas dalam pengambilan keputusan korporasi dan memperkuat kewajiban dewan direksi terhadap pemegang saham.
Reformasi ini bertujuan meningkatkan tata kelola perusahaan dan mengatasi apa yang disebut sebagai Korea discount, yaitu rendahnya valuasi saham perusahaan Korsel di mata investor global akibat lemahnya transparansi.
Baca Juga
Namun, menjelang kunjungannya ke Kanada untuk menghadiri pertemuan puncak G7, Lee mendapati kekhawatiran utama para pelaku usaha justru terkait meningkatnya proteksionisme dagang global.
Chairman SK Group Chey Tae-won mengatakan tarif AS dan ketidakpastian di sekitarnya telah menciptakan kondisi yang sangat tidak stabil. Hal ini menyulitkan pengambilan keputusan dan investasi.
Chey juga menyoroti rivalitas yang memanas antara AS dan China, lemahnya permintaan domestik, serta populasi yang menua sebagai tantangan utama dunia usaha saat ini. Unit semikonduktor milik SK adalah produsen chip memori AI terdepan di dunia dan mitra strategis Nvidia Corp.
Sementara itu, Executive Chairman Samsung Electronics Jay Y. Lee bahkan menyamakan situasi saat ini dengan krisis finansial Asia akhir 1990-an, menandakan tekanan yang dirasakan kalangan industri.
Sebagai pemain utama dalam rantai pasok global, Korea Selatan memproduksi berbagai barang mulai dari ponsel pintar dan chip semikonduktor hingga kapal dan kendaraan listrik. Kondisi ini membuat ekonomi Korsel sangat bergantung pada ekspor, yang menyumbang lebih dari 40% terhadap produk domestik bruto (PDB).
Hyundai Motor, salah satu produsen mobil terbesar dunia, telah menjanjikan investasi sebesar US$21 miliar di AS, yang dapat menjadi poin negosiasi penting bagi Lee dalam pertemuannya dengan Trump di Kanada.
Namun demikian, industri otomotif tetap dibayangi ketidakpastian setelah Trump mengisyaratkan rencana untuk kembali menaikkan tarif impor mobil di atas level 25% yang baru saja diperkenalkan, untuk mendukung industri otomotif dalam negeri.
Dengan tenggat waktu pengenaan tarif balasan yang kian dekat pada awal bulan depan, Trump tengah berupaya menunjukkan kemajuan dalam perundingan dagang dengan negara-negara mitra utama yang memiliki surplus perdagangan besar terhadap AS.
Adapun perundingan dagang antara Washington dan Seoul sempat tertunda akibat kekosongan kepemimpinan serta ketidakstabilan politik domestik sebelum kemenangan Lee dalam pemilu.