Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Mau Setop Impor Jagung di 2026, Pakar Wanti-Wanti Hal Ini

Pengamat mengungkapkan alasan Indonesia masih impor jagung, utamanya untuk pakan.
Seorang petani saat memanen jagung di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Kamis (11/8/2022). Bisnis/Muhammad Noli Hendra
Seorang petani saat memanen jagung di Desa Aur Duri Surantih, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat, Kamis (11/8/2022). Bisnis/Muhammad Noli Hendra

Bisnis.com, JAKARTA — Core Indonesia ungkap alasan Indonesia masih mendatangkan jagung, utamanya untuk pakan, dari luar negeri. Persoalan tingginya harga jagung dalam negeri menjadi penyebab utama Indonesia masih impor jagung untuk kebutuhan pakan ternak.

Pengamat dari Core Indonesia Eliza Mardian menyampaikan, dari sisi produksi, Indonesia sebetulnya sudah dapat dikatakan swasembada jagung lantaran kebutuhan nasional mayoritas dipenuhi dari domestik.

“Karena mengacu ke FAO, kalau 90% masih dipenuhi dari domestik maka kita masih dikatakan swasembada,” kata Eliza kepada Bisnis, Senin (9/6/2025).

Kendati begitu, Indonesia tercatat masih impor jagung untuk kebutuhan pakan ternak, meski relatif sedikit. Eliza mengatakan, alasan Indonesia masih impor jagung untuk pakan lantaran harga di dalam negeri yang relatif mahal.

Dia menuturkan, untuk industri peternakan, jagung untuk pakan ternak mayoritas ditanam di luar pulau Jawa. Harganya relatif mahal lantaran biaya logistik dari luar pulau Jawa ke pulau Jawa yang kurang efisien, menyebabkan harga jagung nasional kalah saing dengan jagung impor.

“Itu yang menyebabkan Indonesia belum sepenuhnya bisa memenuhi kebutuhannya itu dari dalam negeri. Berarti kan ini persoalannya lebih ke logistik ya, biaya distribusi kita yang masih kurang efisien,” tuturnya.

Terkait rencana pemerintah untuk setop impor jagung di 2026, Eliza mewanti-wanti pemerintah agar pembatasan ini tidak menyebabkan melonjaknya impor gandum untuk pakan.

Untuk itu, dia mendorong pemerintah agar jagung yang diproduksi petani lokal memiliki harga yang relatif murah sehingga mampu bersaing dengan jagung impor. Selain itu, para peternak domestik juga tidak dibebani dengan biaya jagung yang mahal.

“Pemerintah harus hati-hati. Jika memang ingin menggunakan atau memberdayakan jagung di dalam negeri maka pastikan tadi biaya distribusinya itu entah itu disubsidi atau bagaimana sehingga ketika sampai ke peternak itu jagung harganya tidak mahal,” pungkasnya. 

Dalam catatan Bisnis, Presiden Prabowo Subianto meyakini Indonesia dapat mencapai swasembada jagung pada 2026. Menurutnya, keyakinan itu muncul usai dia menerima laporan langsung dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam acara Panen Raya Jagung Serentak Kuartal II dan Pelepasan Ekspor Jagung di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Kamis (5/6/2025). 

Menurut orang nomor satu di Indonesia itu, pemerintahannya telah berhasil menunjukkan langkah nyata menuju kemandirian pangan, khususnya lewat komoditas beras. Kini, hal serupa juga tengah diwujudkan untuk jagung, yang tahun lalu masih diimpor sebanyak 500.000 ton. 

“Kira-kira tahun 2026 sudah nggak impor lagi, ya Pak Menteri? Ekspor? Terima kasih. Saya diberi jaminan oleh dua tokoh Indonesia yang hebat Menteri Pertanian dan Kapolri, menjamin 2026 Indonesia tidak impor lagi jagung,” ujar Prabowo di hadapan para petani dan jajaran pemerintah.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper