Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha masih cenderung wait and see untuk melakukan ekspor di tengah proses negosiasi tarif resiprokal yang telah diputuskan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Sikap ini berujung pada merosotnya nilai ekspor Indonesia menjadi US$20,74 miliar pada April 2025, atau turun 10,77% dibandingkan bulan sebelumnya yang mampu mengantongi US$23,24 miliar.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan penurunan nilai ekspor Indonesia sebesar 10,77% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada April 2025 merupakan dinamika yang cukup wajar dalam konteks tekanan global dan respons jangka pendek pelaku usaha.
“Penurunan pada April ini tidak bisa dibaca semata-mata sebagai pelemahan struktural, tetapi juga karena meningkatnya sikap wait and see di tengah proses negosiasi yang belum tuntas,” kata Shinta kepada Bisnis, Senin (9/6/2025).
Namun, jika dilihat secara kumulatif sepanjang Januari—April 2025, ekspor Indonesia masih tumbuh positif sebesar 6,65% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor Indonesia pada Januari—April 2025 mencapai US$87,36 miliar atau naik 6,65% dibanding periode yang sama 2024.
Baca Juga
Secara tahunan, Shinta menuturkan nilai ekspor juga masih mencatat pertumbuhan. Meski begitu, menurutnya, perlu dianalisis lebih lanjut apakah tren ini mencerminkan perbaikan fundamental daya saing atau hanya respons jangka pendek terhadap dinamika eksternal.
Adapun, Shinta mengatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong peningkatan ekspor yang terjadi pada kuartal I/2025 atau sepanjang Januari—Maret 2025 kemungkinan besar bersifat antisipatif.
“Di mana, banyak eksportir mempercepat pengapalan untuk menghindari potensi gangguan akibat rencana kebijakan tarif resiprokal dari pemerintah AS,” ujarnya.
Dalam catatan Bisnis, Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyebut negosiasi kebijakan tarif resiprokal Trump yang masih berlangsung turut membuat ekspor perdagangan Indonesia melambat secara bulanan meski surplus pada April 2025.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan negosiasi kebijakan tarif Trump menjadi salah satu penyebab merosotnya nilai ekspor Indonesia pada Maret—April 2025.
Bahkan, dia mengatakan beberapa negara turut mengakui banyak eksportir menunggu kebijakan final tarif Trump yang hingga saat ini masih dinegosiasikan.
“[Faktor] yang kedua, ini banyak terkait kebijakan Trump. Apalagi, kemarin waktu kami ketemu teman-teman Mendag di Kuala Lumpur waktu KTT Asean, kami juga ngobrol ternyata pengaruhnya bagi masing-masing sangat besar bahkan banyak eksportir yang cenderung masih menunggu [keputusan tarif Trump],” ujar Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (4/6/2025).
Budi menjelaskan bahwa keputusan tarif Trump ini juga berdampak pada ekspor ke negara lain. “Jadi tidak hanya sekadar ekspor ke Amerika, tetapi ekspor ke negara lain pun juga saling menunggu,” terangnya.
Adapun, hingga saat ini, sejumlah negara masih menunggu untuk menjadwalkan negosiasi kedua, termasuk Indonesia. “Apalagi kan sekarang sepertinya belum ada kejelasan lagi gitu kan ya. Kita juga masih menunggu untuk dijadwalkan negosiasi yang kedua,” ungkapnya.
Selain itu, imbas penurunan nilai ekspor Maret—April 2025, Kemendag juga telah melakukan pengecekan terhadap beberapa negara, seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam.
Berdasarkan analisa Kemendag, penurunan ekspor secara bulanan itu juga terjadi lantaran adanya libur Lebaran sehingga kegiatan ekspor berkurang pada momentum ini.