Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTT Asean 2025 Dibayangi Dilema Tarif Trump dan Rayuan Dagang China

KTT Asean 2025 dimulai dalam bayang-bayang ancaman tarif 50% dari Presiden AS Donald Trump serta dorongan China untuk mempererat pengaruhnya di kawasan.
Bendera negara-negara anggota Asean. Bloomberg
Bendera negara-negara anggota Asean. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Para pemimpin Asia Tenggara menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean mulai Senin (26/5/2025) di Kuala Lumpur, Malaysia, dalam bayang-bayang ancaman tarif 50% dari Presiden AS Donald Trump serta dorongan China untuk mempererat pengaruhnya di kawasan.

Melansir Bloomberg, isu perdagangan dan integrasi ekonomi diprediksi mendominasi agenda, bersama sorotan terhadap krisis kemanusiaan di Gaza dan konflik berkepanjangan di Myanmar.

Bagi Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang menjadi tuan rumah, KTT ini merupakan panggung strategis untuk menarik arus investasi global, terutama dari negara-negara surplus yang sedang mencari pasar baru.

Namun, ajakan China kepada negara-negara Asean untuk tidak menyepakati kebijakan yang dinilai merugikan China menempatkan blok ini dalam posisi sulit di antara dua kekuatan ekonomi raksasa dunia tersebut.

"Tidak ada yang bisa menggantikan peran AS. Kita bicara soal diversifikasi, tapi tak ada alternatif nyata," ujar Shahriman Lockman dari Institute of Strategic and International Studies.

Di Washington, beberapa negara Asean tengah menjajaki kesepakatan untuk meredam efek tarif baru yang diumumkan Trump bulan lalu. Namun, laporan menyebut AS menolak pendekatan kolektif yang diusulkan Malaysia.

Meski kerja sama regional menguat lewat kunjungan lintas negara dan negosiasi perdagangan baru, tantangan tetap besar. Wakil PM Singapura Gan Kim Yong menyebut perkembangan ini menjanjikan, tapi memperingatkan bahwa hambatan dagang belum sepenuhnya teratasi.

”Asean sedang bernegosiasi untuk meningkatkan perjanjian perdagangan yang ada yang dapat memfasilitasi pungutan yang lebih rendah meskipun lebih dari 90% barang yang diperdagangkan di kawasan tersebut sudah bebas tarif,” jelasnya.

Hubungan Asean-China

Di sisi lain, hubungan antara Asean dengan China kian erat. Dalam beberapa pekan terakhir, Presiden Xi Jinping mengunjungi Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, serta mempromosikan gagasan “keluarga Asia” yang bersatu sebagai penyeimbang dominasi AS.

Tahun ini, Indonesia resmi bergabung dengan BRICS, memperkuat poros ekonomi yang dipimpin China dan Rusia. Malaysia, Thailand, dan Vietnam juga menyandang status mitra BRICS.

Meski KTT kali ini lazimnya hanya dihadiri para pemimpin Asean, China mengirimkan Perdana Menteri Li Qiang. Sementara itu, negara-negara Barat termasuk AS memilih absen.

Data Xinhua menunjukkan, nilai perdagangan Asean-China mencapai US$982,3 miliar tahun lalu — hampir dua kali lipat dibanding total perdagangan barang antara ASEAN dan AS yang tercatat US$476,8 miliar.

Asean dan China juga telah merampungkan pembicaraan untuk memperkuat pakta perdagangan bebas, mencakup sektor digital, ekonomi hijau, hingga UKM.

“Saya melihat ini sebagai peluang yang sangat baik bagi kami untuk menunjukkan bahwa Malaysia adalah negara netral yang ingin berdagang dengan negara mana pun yang ingin berdagang dengan kami,” kata Menteri Komunikasi Malaysia Fahmi Fadzil.

Sementara itu, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr menekankan perlunya strategi bersama untuk merespons kebijakan ini.

"Mengenai perdagangan dan khususnya jadwal tarif yang diberlakukan oleh Amerika Serikat... kita harus menemukan cara untuk menemukan konsensus di antara berbagai situasi yang berbeda yang dialami oleh berbagai negara anggota," kata Marcos.

Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa menyarankan agar Asean menyusun prinsip bersama sebagai acuan dalam negosiasi bilateral masing-masing negara dengan Washington, guna mencegah kerugian di kawasan.

"Jika tidak, akan ada risiko siklus kalah-kalah di kawasan kita sendiri," katanya.

Krisis Myanmar

Krisis Myanmar juga menjadi agenda penting dalam KTT Asean. Para pemimpin Asean akan menggelar sesi khusus untuk membahas perang saudara yang kian memburuk sejak junta militer berkuasa. Di sisi lain, PM Anwar terus menyuarakan keprihatinannya atas kesenjangan ekonomi global dan konflik Gaza.

Setelah dua kali pertemuan mengenai konflik Myanmar pekan lalu, Menteri Luar Negeri Malaysia Mohamad Hasan mengatakan akan mengunjungi Myanmar bulan depan untuk mengupayakan kesepakatna.

"Perundingan ini perlu dilakukan berkali-kali agar kesepahaman dapat dibangun di antara masing-masing pihak," jelasnya.

Asean juga tengah menggodok usulan penunjukan utusan khusus tetap untuk Myanmar dengan masa tugas tiga tahun, demi memperkuat peran diplomasi kawasan yang selama ini terbentur kebuntuan.

Sejak menggulingkan pemerintahan sipil Aung San Suu Kyi pada 2021, junta Myanmar dikucilkan dari KTT Asean. Namun, upaya diplomatik terus berjalan, termasuk pertemuan tertutup Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim dengan Min Aung Hlaing di Bangkok bulan lalu yang diikuti dialog daring dengan pemerintahan bayangan Nasional Unity Government.

KTT Asean juga akan membahas isu Laut China Selatan, jalur strategis bernilai triliunan dolar yang terus memicu ketegangan antara China dan negara anggota Asean seperti Filipina, Vietnam, dan Malaysia, yang menentang aktivitas kapal-kapal China di zona ekonomi eksklusif mereka.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper