Bisnis.com, JAKARTA – Halaman Kantor Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) hari ini tampak berbeda dibanding hari biasanya. Ada banyak orang hilir mudik sambil membopong tas hingga mengantri di depan stand. Mereka adalah para pelamar kerja yang mencoba peruntungan di Job Fair 2025.
Tak terkecuali lulusan baru. Devita, Admin, dan Vira, ketiganya juga turut meramaikan Job Fair yang digelar selama dua hari, yakni 22-23 Mei 2025. Berbekal informasi dari platform Instagram resmi Kemnaker, ketiganya berangkat dari rumah masing-masing untuk melihat lowongan kerja yang tersedia.
Devita, lulusan arsitektur dari sebuah perguruan tinggi mengaku kesulitan mencari pekerjaan. Sudah tiga bulan Devita mencoba melamar ke sejumlah perusahaan dan hasilnya nihil.
Tak patah arang, Devita mencoba peruntungannya dengan melamar kerja di luar latar akademisnya. Sayangnya, tak ada kabar baik dari perusahaan yang dilamarnya.
“Sudah berkali-kali coba apply di banyak perusahaan, tapi memang belum ada kesempatan buat dipanggil interviu,” kata Devita kepada Bisnis, Kamis (22/5/2025).
Setali tiga uang, berbekal ijazah sarjana psikologi, Vira mengaku telah melamar ke beberapa perusahaan, tetapi belum membuahkan hasil.
Baca Juga
“Susah nyari kerja,” ujarnya.
Selain sulitnya mencari pekerjaan, kualifikasi yang diberikan oleh perusahaan juga membuat sejumlah lulusan baru kesulitan mendapatkan pekerjaan.
Admin, lulusan kesehatan masyarakat, mengaku banyak perusahaan yang mensyaratkan pengalaman kerja minimal dua tahun. Padahal, kata dia, kebanyakan lulusan baru belum memiliki pengalaman kerja.
“Kita kan fresh grade [baru lulus sekolah] ya, ibaratnya belum ada pengalaman kerja, paling pengalaman magang, PKL gitu-gitu aja,” ujar Admin.
Tawarkan 50.000 Lowongan Kerja
Melibatkan 112 perusahaan, Kemnaker mencatat sebanyak 53.107 lowongan pekerjaan tersedia dalam Job Fair 2025. Total tersebut terdiri dari 18.478 lowongan kerja offline dan juga 34.629 lowongan kerja online.
Selain itu, pemerintah juga menawarkan 135 lowongan kerja bagi tenaga kerja disabilitas.
Adapun, program ini merupakan wujud pemerintah dalam mempertemukan pencari kerja dengan penyedia lapangan kerja, untuk membantu memberikan pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi masyarakat dalam rangka mengurangi pengangguran dan kemiskinan di Indonesia.
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2025 sebesar 4,76% atau setara 7,28 juta orang dari total penduduk Indonesia yang belum bekerja dan sulit mencari pekerjaan.
Di satu sisi, Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Yassierli tidak menampik bahwa kondisi ekonomi global yang tidak pasti akan berdampak ke dunia usaha yang turut berdampak pada ketersediaan lowongan kerja.
Untuk itu, dia mendorong pelamar kerja yang ada untuk memanfaatkan kegiatan Job Fair sebaik mungkin. Dia mengatakan, Job Fair kali ini tidak hanya sebatas tentang lowongan kerja, tetapi juga kegiatan layanan informasi, ketenagakerjaan, talkshow, hingga konseling kerja.
“Pesan saya yang pertama adalah manfaatkan kesempatan ini,” kata Yassierli dalam pembukaan Job Fair 2025 di Kantor Kemnaker, Jakarta Selatan, Kamis (22/5/2025).
Yassierli mengharapkan, program Job Fair 2025 dapat menjadi wadah bagi masyarakat untuk memperoleh kesempatan yang sama, adil, dan transparan dalam mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.
“Kita ingin tentu semua yang bekerja mendapatkan kesejahteraan dan jaminan sosial dan tentu kita juga ingin perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia industrinya tumbuh dan disitulah visi Indonesia Emas 2045 itu bisa kita capai,” ujarnya.
Suasana Job Fair 2024 / BISNIS - Ni Luh Anggela
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani mengatakan bahwa program Job Fair 2025 tak hanya membuka akses informasi yang luas, tetapi juga dapat mempercepat proses penempatan kerja, terutama bagi kelompok angkatan kerja muda dan lulusan baru yang membutuhkan pengalaman pertama di dunia kerja.
Menurutnya, program ini memberikan harapan dan suntikan semangat di tengah kondisi pasar tenaga kerja yang sedang penuh tantangan.
Bagi dunia usaha, Job Fair juga menjadi sarana untuk menemukan talenta yang sesuai dengan kebutuhan industri secara lebih cepat dan efisien. Apalagi di era transformasi industri saat ini, kebutuhan akan keterampilan tertentu, seperti di bidang digital, manufaktur, dan teknologi semakin berkembang.
“Dengan adanya titik temu langsung seperti ini, proses matching antara supply dan demand tenaga kerja dapat lebih optimal,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (22/5/2025).
Sekretaris Jenderal Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Anggawira mengatakan bahwa program ini harus lebih dari sekadar acara seremonial adalah keberlanjutan program ini.
Dia menilai, harus ada ekosistem yang mendukung penciptaan lapangan kerja secara berkelanjutan - mulai dari insentif dunia usaha, pelatihan vokasi yang link and match, hingga iklim investasi yang ramah industri padat karya dan digital.
“Karena pada akhirnya, yang kita butuhkan adalah bukan sekadar mempertemukan pencari kerja dengan lowongan, tapi memastikan ada lapangan kerja nyata yang tumbuh di sektor-sektor produktif,” tutur Anggawira.
Buka Lebih Banyak Job Fair
Program Job Fair sendiri dinilai perlu dilakukan di banyak tempat di seluruh Indonesia, sehingga para pencari kerja memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pekerjaan.
Sekjen Organisasi Serikat Pekerja Indonesia (OPSI) Timboel Siregar menilai, selain memberikan kesempatan yang sama, hal ini juga dapat memberikan banyak opsi bagi perusahaan untuk menemukan kandidat terbaik, sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
“Diimbau kepada pemerintah untuk membuka lebih banyak Job Fair, sehingga banyak perusahaan-perusahaan yang secara terbuka menginformasikan ke publik untuk lowongan pekerjaannya,” tutur Timboel.
Suasana Job Fair 2025 di Gedung Kemnaker / BISNIS - Ni Luh Anggela
Di saat yang bersamaan, angkatan kerja yang ada perlu mempersiapkan diri agar dapat terserap oleh pasar kerja. Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Iwan Kusmawan menyampaikan, selektivitas dalam konteks penerimaan tenaga kerja tidaklah mudah.
Untuk itu, dia mengimbau pelamar kerja untuk melamar sesuai dengan kemampuan masing-masing. Selain itu, penting bagi pelamar kerja untuk memahami kondisi industri yang dilamar. Hal penting lainnya, kata dia, pelamar harus memahami regulasi tenaga kerja di Indonesia.
“Jangan ketika dia melamar, seolah-olah yang penting diterima kerja dulu. Tapi ternyata setelah diterima, dia tidak bisa memberikan kontribusi lain misalnya, karena tidak memahami pengetahuan tentang regulasi ketenagakerjaan,” pungkas Iwan.