Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa Pemerintah Indonesia menyikapi dengan cermat meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China selama 90 hari.
Airlangga mengatakan bahwa langkah ini menjadi peluang strategis bagi Indonesia untuk memperkuat proses negosiasi dagang dengan Amerika Serikat usai negeri paman Sam itu menunda pemberlakuan tarif tambahan terhadap produk-produk dari China.
“Kita sedang bernegosiasi dengan Amerika, jadi kita tunggu saja proses negosiasinya,” ujarnya kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (15/5/2025).
Lebih lanjut, dia juga menyoroti dinamika perbandingan kebijakan tarif AS terhadap negara lain, termasuk Inggris dan China. Menurutnya, AS telah menetapkan tarif dasar sebesar 10% untuk Inggris, sementara China dikenakan tarif sebesar 30%.
“Tentu kita melihat perkembangan apa yang sudah ditandatangani dengan Inggris, di mana Inggris dikenakan base tarifnya di 10%, kemudian China diberikan tarif 30%,” tuturnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa Inggris mendapat keringanan tarif di sektor-sektor tertentu, seperti otomotif, aluminium, dan baja—hal yang turut menjadi perhatian dalam menyusun strategi negosiasi Indonesia.
Baca Juga
Oleh sebab itu, Airlangga turut menanggapi potensi meredanya ketegangan perdagangan antara AS dan China, sehingga dalam jeda 90 hari yang disepakati kedua negara harus dimanfaatkan secara maksimal oleh Indonesia.
“Sekarang kan 90 hari, 90 hari ke depan dengan China-kan pause. Jadi kita memanfaatkan waktu itu untuk bernegosiasi dengan Amerika,” ujarnya.
Pemerintah juga mulai mengevaluasi sektor dan komoditas ekspor Indonesia yang terdampak secara langsung maupun tidak langsung oleh dinamika perang dagang AS–China, termasuk komoditas yang sebelumnya terdorong ke pasar alternatif akibat ketegangan perdagangan global.
“Kita tentu mempelajari apa yang akan menjadi bahan pembicaraan dan juga mempersiapkan komoditas yang diperlukan,” tuturnya.
Terkait dampak makroekonomi dari jeda sementara perang dagang tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa meskipun reaksi pasar bersifat positif, pemerintah tetap berhati-hati dalam menarik kesimpulan.
“Makroekonomi dengan ‘pause’ ini kita nggak bisa bilang mereda. Karena ini kan jeda selama 90 hari. Market bereaksi positif, tapi kita tidak bisa mengambil kesimpulan karena ini baru periode sementara,” tegas Airlangga.