Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Terancam Kehilangan Pendapatan Pariwisata Rp198 Triliun, Ini Penyebabnya

Amerika Serikat (AS) berpotensi kehilangan pendapatan dari Pariwisata sebesar US$12,5 miliar atau setara Rp198 triliun pada 2025. Apa penyebabnya?
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg
Presiden AS Donald Trump menggelar konferensi pers di Rose Garden, White House pada Rabu (2/4/2025) terkait pemberlakuan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia, serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil. Fotografer: Jim Lo Scalo / EPA / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — World Travel & Tourism Council (WTTC) memperkirakan, Amerika Serikat (AS) berpotensi kehilangan pendapatan dari Pariwisata sebesar US$12,5 miliar atau setara Rp198 triliun pada 2025.

Pengeluaran pengunjung diprediksi turun di bawah US$169 miliar atau setara Rp2.791 triliun pada akhir tahun ini. Angka tersebut menunjukkan penurunan sebesar 7% secara tahunan dalam pengeluaran pengunjung dan penurunan sebesar 22% sejak pariwisata mencapai puncaknya di AS pada 2019.

Dari 184 ekonomi global yang dianalisis oleh WTTC bersama dengan Oxford Economics, AS adalah satu-satunya yang diproyeksikan akan kehilangan pendapatan signifikan dari sektor pariwisata pada tahun ini.

“Negara-negara lain benar-benar menggelar karpet selamat datang, dan rasanya seperti AS memasang tanda ‘kami tutup’ di pintu masuk mereka,” kata Presiden dan CEO WTTC Julia Simpson, melansir Bloomberg, dikutip Selasa (13/5/2025).

Menurut data yang disampaikan Simpson, pariwisata langsung dan tidak langsung mewakili 9% ekonomi Amerika. Sebagai informasi, pengeluaran pengunjung merupakan salah satu bagian ‘langsung’ dari ekonomi perjalanan, sedangkan kontribusi ‘tidak langsung’ mencakup efek lanjutan dari peningkatan pengeluaran oleh para profesional perhotelan.

Dia menuturkan, sektor ini mempekerjakan 20 juta orang dan menghasilkan US$585 miliar dalam bentuk pajak AS setiap tahun, 7% dari seluruh pendapatan pajak yang diterima pemerintah AS.

“Sektor ini merupakan penopang utama ekonomi AS,” ujarnya.

Masalah yang dihadapi industri ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Masalah ini bermula pada era Biden sebagai akibat dari persyaratan perjalanan saat pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih lama di sebagian besar negara lain. Kemudian, nilai tukar dolar yang melonjak mulai membuat orang-orang tidak mampu membayar.

“Orang Jepang dulu sering mengunjungi AS, tetapi nilai tukar dolar yang kuat membuat biaya hidup di sana cukup mahal. Begitu pula dengan orang Eropa,” ungkapnya.

Pada Maret 2025, jumlah kedatangan wisatawan menurun secara signifikan untuk semua populasi pengunjung AS yang paling banyak. 

Jumlah kedatangan wisatawan Inggris turun 15% dari tahun ke tahun; wisatawan Jerman turun 28%; perjalanan wisatawan Korea Selatan menurun 15%; dan pasar sumber utama lainnya, termasuk Spanyol, Irlandia, dan Republik Dominika, turun antara 24% dan 33%.

Dampaknya tidak akan dirasakan secara merata di seluruh AS, dengan defisit sebesar US$12,5 miliar secara tidak proporsional memengaruhi pintu gerbang utama AS serta kawasan pariwisata di sepanjang perbatasan Kanada.

Adapun, WTTC juga memprediksi bahwa butuh waktu setidaknya hingga 2030 bagi pariwisata AS untuk pulih ke tingkat sebelum pandemi Covid.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper