Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Melonjak Efek Tarif Trump, Defisit Neraca Dagang AS Sentuh Rekor Tertinggi

Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat melebar 14% ke rekor tertinggi baru sebesar US$140,5 miliar pada Maret 2025.
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon
Peti kemas ditumpuk di geladak kapal kargo One Minato di Port Liberty New York di Staten Island, New York, AS, 2 April 2025./Reuters-Jeenah Moon

Bisnis.com, JAKARTA – Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat melebar 14% ke rekor tertinggi baru sebesar US$140,5 miliar pada Maret 2025, seiring perusahaan-perusahaan berlomba mengimpor barang sebelum tarif impor besar-besaran diberlakukan Presiden Donald Trump.

Lonjakan defisit ini menyeret pertumbuhan ekonomi ke zona negatif untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir.

Melansir Reuters, Rabu (7/5/2025), Departemen Perdagangan mengungkapkan bahwa AS mengimpor barang dalam jumlah tertinggi sepanjang masa dari 10 negara, termasuk Meksiko dan Vietnam.

Sebaliknya, impor dari China menyusut ke titik terendah dalam lima tahun. Penurunan ini mengisyaratkan dampak langsung dari tarif yang melonjak hingga 145% atas produk-produk China.

Meski tarif terhadap mitra dagang lain ditangguhkan selama 90 hari, bea masuk untuk barang dari China mulai berlaku awal April, menandai eskalasi perang dagang dengan Beijing. Para ekonom menduga kenaikan impor masih berlangsung pada April.

Kepala Ekonom FWDBONDS Christopher Rupkey mengatakan dampak terburuk dari tarif Trump terhadap lonjakan impor kemungkinan belum terjadi dan pelaku usaha sedang berjuang keras menghadapi masa penuh ketidakpastian ini.

”Dampak terburuk kemungkinan belum terjadi karena penerimaan tarif impor baru benar-benar dimulai setelah pengumuman 'Hari Pembebasan' dari Gedung Putih pada 2 April," ujarnya.

Secara keseluruhan, impor melonjak 4,4% menjadi US$419,0 miliar, dengan impor barang naik 5,4% menjadi US$346,8 miliar. Lonjakan terbesar berasal dari komponen impor barang konsumsi, terutama produk farmasi dari Irlandia.

Impor barang modal dan kendaraan juga meningkat, sementara impor logam jadi dan emas non-moneter anjlok.

Fenomena ini mengindikasikan adanya pelarian modal dari dolar AS akibat ketidakpastian kebijakan perdagangan. Nilai tukar dolar telah melemah lebih dari 5% terhadap mata uang mitra dagang utama tahun ini.

Sementara itu, ekspor naik tipis 0,2% menjadi US$278,5 miliar, level tertinggi sepanjang masa. Peningkatan terutama berasal dari gas alam dan logam mulia. Namun, ekspor barang modal menurun karena penurunan pengiriman pesawat sipil.

Defisit neraca perdagangan barang melonjak 11,2% menjadi US$163,5 miliar pada Maret 2025. Sebelumnya, pemerintah melaporkan bahwa defisit perdagangan telah memangkas rekor 4,83 poin persentase dari pertumbuhan PDB kuartal pertama, menyebabkan kontraksi ekonomi sebesar 0,3%.

Trump melihat tarif sebagai alat untuk menambah pendapatan negara dan menghidupkan kembali industri dalam negeri.

Meski impor diperkirakan akan menurun pada Mei dan menopang pemulihan ekonomi, para ekonom memperingatkan bahwa ekspor AS bisa terganggu oleh aksi boikot dan penurunan kunjungan wisatawan—khususnya dari Kanada—akibat kebijakan tarif dan imigrasi Trump serta retorika kontroversialnya mengenai Kanada dan Greenland.

Sementara itu, ekspor jasa turun US$0,9 miliar menjadi US$95,2 miliar, terseret oleh penurunan sektor perjalanan yang mencapai U$1,3 miliar.

Impor dari Meksiko, Inggris, Irlandia, Belanda, Belgia, Prancis, Jerman, Italia, India, dan Vietnam mencetak rekor tertinggi, sementara impor dari China menyentuh titik terendah sejak pandemi pada Maret 2020.

Defisit neraca perdagangan barang dengan China menyempit menjadi US$24,8 miliar, sedangkan defisit dengan Kanada dan surplus dengan Inggris juga menurun.

Ekonom Citigroup Veronica Clark memperkirakan impor dari UE, terutama dari Irlandia, akan menurun pada April.

”Namun, impor dari Asia berpotensi meningkat seiring penundaan penerapan tarif sebesar 40%-50% hingga Juli,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper