Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut penyaluran biodiesel bauran solar dengan sawit 40% atau B40 mencapai 4,3 juta kiloliter (KL) per April 2025.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) ESDM Eniya Listiani Dewi mengatakan pencapaian distribusi B40 dari alokasi non-public service obligation (PSO) telah melewati realisasi penyaluran PSO.
“4,3 juta kiloliter, non PSO melampaui PSO,” kata Eniya kepada wartawan, dikutip Selasa (6/5/2024).
Menurut Eniya, hal tersebut menggambarkan harga jual ke industri yang dapat diterima. Dia juga sempat menerangkan bahwa kontribusi mandatori B40 terhadap inflasi tak signifikan, hanya berkisar 0,02%.
“Berarti harga di industri acceptable. Mudah-mudahan tetap bisa terima oleh industri. Per minggu lalu, akhir april [4,3 juta KL]. Mudah-mudahan sesuai target,” terangnya.
Sebagai informasi, Kementerian ESDM telah menetapkan alokasi B40 sebanyak 15,6 juta kiloliter pada tahun ini yang mencakup 7,55 juta kiloliter untuk PSO dan 8,07 juta kiloliter untuk non-PSO.
Baca Juga
Sebelumnya, Eniya juga menerangkan bahwa salah satu tantangan implementasi B40 tahun ini adalah keterbatasan dana dan insentif yang hanya bisa ditanggung sebagian, khususnya untuk sektor Public Service Obligation (PSO) oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).
Untuk diketahui, mandatori B40 berlaku untuk seluruh sektor PSO dan non-PSO, tetapi alokasi insentif dari BPDPKS hanya untuk PSO. Adapun insentif BPDPKS yang digelontorkan untuk penggunaan PSO tahun ini adalah sekitar Rp35,47 triliun.
Terkait hal ini, Eniya mengatakan insentif terus berjalan. "[Insentif] berjalan. Di lapangan juga [B40] harganya masih kompetitif," kata Eniya.
Tak hanya itu, dia juga mengungkapkan tantangan lain dalam implementasi B40. Tantangan itu seperti keterbatasan kapasitas penyimpanan dari hasil produksi bahan bakar nabati (BBN) yang dikelola oleh 28 perusahaan.
Apalagi, produksi sebagian besar pabrik BBN hampir mencapai kapasitas maksimal, sekitar 80%, yang berfokus pada produksi untuk B40. Selain itu, keterlambatan dalam transportasi dan masalah infrastruktur juga turut menjadi hambatan.
“Moda transportasi, seperti kapal, sering terlambat satu hari, dan ada masalah dengan lokasi penyimpanan yang harus ditingkatkan 5% dari sebelumnya pada program B35,” kata Eniya, beberapa waktu lalu.