Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menegaskan penurunan tarif impor untuk China akan bergantung pada langkah Beijing selanjutnya.
Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih pada Rabu (23/4/2025) waktu setempat, Trump mengatakan dia dapat mengumumkan tarif bea masuk baru terhadap mitra dagang AS, termasuk China, selama beberapa minggu ke depan, tergantung pada hasil negosiasi pemerintahannya dengan negara-negara lain.
"Itu tergantung pada mereka. Kita memiliki situasi di mana kita memiliki tempat yang sangat, sangat hebat. Namanya Amerika Serikat, dan telah ditipu selama bertahun-tahun," kata Trump dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (24/4/2025) ketika ditanya seberapa cepat dia dapat menurunkan tarif impor 145% yang dia kenakan pada sebagian besar barang-barang China.
"Pada akhirnya, yang saya pikir akan terjadi adalah kita akan memiliki kesepakatan hebat, dan omong-omong, jika kita tidak memiliki kesepakatan dengan perusahaan atau negara, kita akan menetapkan tarif," lanjutnya
Trump mengatakan bahwa dia berhubungan sangat baik dengan Presiden China Xi Jinping, dan berharap melihat kedua belah pihak mencapai kesepakatan. "Jika tidak, kami akan menetapkan harga," kata Trump.
Dia juga mengatakan pemerintahannya secara aktif berbicara dengan China. Menurutnya, semua orang ingin menjadi bagian dari yang dilakukan AS.
Baca Juga
Komentar Trump muncul saat Wall Street menguat selama dua hari berturut-turut dengan harapan bahwa Washington dan Beijing akan meredakan ketegangan yang telah berubah menjadi embargo perdagangan yang efektif antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Pada Rabu, Wall Street Journal melaporkan bahwa pemerintahan Trump sedang mempertimbangkan untuk memangkas tarif barang-barang China sebesar 50%-60% dalam upaya untuk meredakan ketegangan.
Laporan tersebut, yang mengutip orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa Trump sedang mempertimbangkan sejumlah opsi untuk melonggarkan bea masuk tetapi berharap Beijing akan menurunkan 125 tarifnya atas barang-barang AS sebagai imbalannya.
Pada Selasa (22/4/2025) kemarin, Trump secara terbuka mengakui bahwa tarif 145% yang dikenakannya terhadap China sangat tinggi dan mengatakan tarif tersebut akan turun secara substansial pada suatu titik.
Sementara itu, China menentang langkah-langkah proteksionis seperti tarif, tetapi siap untuk berjuang sampai akhir jika AS terus meningkatkan serangan dagangnya.
"Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa China tidak mencari perang, tetapi kami juga tidak takut akan hal itu. Kami akan berperang, jika memang harus berperang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun.
Dia menambahkan pintu terbuka jika AS ingin berunding. Menurutnya, jika solusi yang dinegosiasikan benar-benar diinginkan AS, AS harus berhenti mengancam dan memeras China dan mencari dialog berdasarkan kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan.
Perang dagang AS-China telah meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan ekonomi global, dengan Dana Moneter Internasional (IMF) awal minggu ini memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2025 dari 3,3% menjadi 2,8%.