Australia
Perdana Menteri Anthony Albanese menyebut tarif 10% sebagai kebijakan yang "tidak logis", karena dinilai merusak hubungan antara sekutu serta menambah beban biaya hidup bagi rumah tangga di AS sendiri.
Meskipun begitu, optimistis mampu mengelola dampak langsung dari tarif Trump walaupun akan menghadapi penurunan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) seiring dengan perekonomian global yang melambat.
"Kami memperkirakan dampak yang lebih dapat dikelola pada ekonomi Australia, tetapi kami tetap memperkirakan PDB Australia akan terpukul dan kami memperkirakan akan ada dampak pada harga di sini juga," kata Menteri Keuangan Australia Jim Chalmers dalam konferensi pers dikutip dari Reuters, Senin (7/4/2025).
Taiwan
Presiden Taiwan Lai Ching-te menyatakan kesiapan negaranya untuk membuka pembicaraan dagang dengan AS dengan tawaran nol tarif.
Baca Juga
Alih-alih membalas kebijakan tarif AS dengan langkah serupa, Lai memilih jalur damai dengan menghapus hambatan dagang demi memperkuat hubungan ekonomi dan meningkatkan investasi Taiwan di negeri Paman Sam.
Langkah ini muncul setelah Presiden AS Donald Trump menetapkan kebijakan tarif impor secara luas, termasuk bagi Taiwan yang saat ini menikmati surplus perdagangan besar dengan AS dan menghadapi tarif hingga 32% atas produknya.
Namun, ekspor andalan Taiwan yakni semikonduktor tidak termasuk dalam daftar kenaikan tarif tersebut.
Respons Negara Lain
Beberapa negara seperti Rusia, Korea Utara, Kuba, dan Belarus dikecualikan dari gelombang tarif baru ini, mengingat mereka telah lebih dulu dikenai sanksi dan tarif tinggi dalam berbagai bentuk.
Dampak kebijakan ini langsung terasa di pasar keuangan global. Indeks saham Nasdaq dan Dow Jones anjlok masing-masing sebesar 5,3% dan 3,3%. Di pasar valuta asing, yen Jepang dan ringgit Malaysia menguat, sedangkan peso Filipina dan yuan China justru melemah.
Negara-negara lain juga menunjukkan respons tersendiri. India, meskipun mengkritik tarif 26% dari AS, melihat peluang untuk mengambil pangsa pasar dari China dan Vietnam.
Singapura melalui Perdana Menteri Lawrence Wong menyerukan kewaspadaan terhadap ancaman perang dagang global yang kembali mengintai. Sementara Kamboja berencana membuka jalur dialog dengan Washington, meski menganggap dampaknya tak separah yang diperkirakan.
Indonesia
Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menggelar pertemuan dengan jajaran investor, ekonom, hingga pelaku usaha lintas sektor hari ini, Selasa (8/4/2025).
Agenda pertemuan antara lain membedah dinamika ekonomi terkini, termasuk arah kebijakan pemerintah terhadap tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Forum akan digelar di Menara Bank Mandiri, Jakarta.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Presiden Prabowo sendiri yang akan menyampaikan sikap resmi pemerintah terkait kebijakan tarif impor yang diberlakukan Presiden Trump salah satunya ke Indonesia sebesar 32%.
"Yang akan menyampaikan bapak Presiden langsung. Bicara mengenai respons terhadap perekonomian termasuk tarif," ujarnya kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (7/4/2025).
Sebelumnya Prabowo juga sudah memastikan pemerintahannya telah siap untuk menghadapi negosiasi dengan AS terkait tarif impor yang diterapkan Presiden Donald Trump.
"Ya kami [pemerintah] akan hadapi dengan baik,” ujar Prabowo.
Prabowo menegaskan bahwa Indonesia akan mengambil langkah diplomatik yang matang dan penuh kehati-hatian dalam menghadapi kebijakan tarif yang diberlakukan oleh pemerintah AS, yang berpotensi memengaruhi perdagangan antara kedua negara.
Meskipun belum merinci detail dari strategi negosiasi yang akan dijalankan, tetapi Prabowo memastikan bahwa Indonesia akan berusaha menjaga hubungan baik dan mengupayakan kesepakatan yang adil bagi kedua pihak.
“Kita tenang, kita punya kekuatan dan kita akan berunding,” imbuhnya.