Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebaran 2025, Pengunjung Blok M Plaza Alami Penurunan 30%

Jika sedang ramai, jumlah pengunjung Blok M Plaza tidak kurang dari 10.000 dalam sehari.
Suasana pusat perbelanjaan Blok M Plaza, Kebayoran Baru pada momen Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025, Senin (31/3/2025) sore/Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak.
Suasana pusat perbelanjaan Blok M Plaza, Kebayoran Baru pada momen Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025, Senin (31/3/2025) sore/Bisnis-Surya Dua Artha Simanjuntak.

Bisnis.com, JAKARTA — Volume pengunjung Blok M Plaza mengalami penurunan saat momen Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah atau Lebaran 2025. Jika dibandingkan Lebaran 2024, maka penurunan kunjungan mencapai 30%. 

Pantauan Bisnis di lokasi dari pukul 15.00 hingga 16.00 WIB pada Senin (31/3/2025), tampak ribuan warga Jakarta sudah mulai memadati pusat perbelanjaan yang terhubung dengan Stasiun MRT Blok M tersebut mulai dari muda-mudi hingga orang tua bersama anaknya terlihat antusias menyusuri gerai-gerai yang menjajakan berbagai jenis barang dan jasa.

Kendati demikian, nyatanya kepadatan pengunjung tersebut tidak sebanding dengan momen Lebaran tahun lalu. Setidaknya itu yang terjadi berdasarkan pengamatan Sendi Prasetyo, salah satu karyawan di Blok M Plaza.

"Tahun lalu lebih ramai. Sekarang enggak begitu ramai," ujar Sendi saat ditemui Bisnis di Blok M Plaza, Senin (31/3/2025).

Dia memperkirakan ada penurunan sekitar 30%. Padahal, jika sedang ramai, jumlah pengunjung Blok M Plaza tidak kurang dari 10.000 dalam sehari.

Menurutnya, penurunan pengunjung sudah terjadi sejak dua hari lalu. Dia mengasumsikan banyaknya penduduk Jakarta yang mudik ke kampung halaman menjadi penyebab penurunan volume pengunjung Blok M Plaza.

"Padahal sebelum-sebelumnya lebih ramai," katanya. 

Kendati demikian, pria yang sudah lima tahun bekerja di Blok M Plaza itu mengungkapkan sejak anomali penurunan pengunjung saat Lebaran hari terjadi tahun ini. Sejak pandemi Covid-19 usai, Sendi mengaku pengunjung Blok M Plaza selalu lebih ramai saat Lebaran daripada hari-hari biasa.

DAYA BELI LEMAH

Lantas, mengapa terjadi penurunan pengunjung di salah satu pusat perbelanjaan paling tenar di Jakarta itu saat Lebaran 2025?

Dalam publikasi bertajuk Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025!, Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menilai terjadi pelemahanan daya beli jelang Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah. Penyebabnya, pendapatan kelompok rumah tangga kelas menengah dan menengah ke bawah sedang tertekan.

Core mencontohkan terjadi PHK massal di sektor manufaktur menjelang lebaran 2025 seperti yang terjadi kepada 10.655 buruh di PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Selain fenomena PHK besar-besaran, sulitnya mencari pekerjaan yang layak bagi pekerja kerah putih juga menjadi sebab menurunnya pendapatan dari yang selayaknya diterima.

"Melambatnya pertumbuhan upah riil di sektor industri, perdagangan, pertanian, dan jasa lainnya menambah beban rumah tangga pekerja," tulis Core dalam publikasinya, dikutip Sabtu (29/3/2025).

Mengolah data Badan Pusat Statistik, Core mengungkapkan upah sektor industri manufaktur terkontraksi 0,7% pada 2024. Padahal, pada 2022 dan 2023, upah riil pekerja manufaktur masih tumbuh rata-rata 5,6%.

Hasil studi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menambahkan efisiensi anggaran oleh pemerintah Presiden Prabowo Subianto juga diproyeksikan berkontribusi menekan lonjakan konsumsi selama Lebaran tahun ini.

Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef M. Rizal Taufikurahman menjelaskan studi tersebut menggunakan perhitungan model computable general equilibrium (CGE). Indef mencoba membandingkan data dampak mudik ke perekonomian pada tahun lalu dengan tahun ini di tengah efisiensi anggaran belanja negara.

Hasilnya, tingkat konsumsi rumah tangga di semua provinsi akan turun pada Lebaran kali ini akibat efisiensi anggaran. Penurunan terbesar terjadi di Banten yang mencapai 1,4%.

"Artinya apa? Artinya bahwa hampir setiap daerah konsumsinya tertahan," ujar Rizal dalam diskusi daring Indef, Rabu (19/3/2025).

Dia menilai penurunan konsumsi rumah tangga tersebut disebabkan utamanya karena dana transfer ke daerah senilai Rp50,59 triliun terkena efisiensi anggaran. Akibatnya, peredaran uang di daerah akan terpengaruh secara negatif.

Dari hasil perhitungan Indef, provinsi-provinsi di Pulau Jawa yang paling besar mengalami penurunan tingkat konsumsi rumah tangga. Masalahnya, sambung Rizal, hampir dua pertiga penduduk Indonesia ada di Jawa.

"Ini pasti berpengaruh ke [angka] agregat konsumsi nanti," katanya. 

Secara tahunan, Indef memperkirakan konsumsi rumah tangga akan turun 0,814% akibat efisiensi anggaran tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper