Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Ungkap Investor Tinggalkan Obligasi AS dan Beralih ke Emas, Ini Sebabnya

Aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju serta negara berkembang.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (19/2/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan keterangan terkait hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, Rabu (19/2/2025). / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan di tengah tingginya gejolak geopolitik dan ekonomi global, khususnya akibat AS, terjadi pergesaran investasi dari portofolio ke emas

Perry menuturkan bahwa aliran modal global yang semula terkonsentrasi ke AS bergeser sebagian ke komoditas emas dan obligasi di negara maju serta negara berkembang. 

Hal tersebut nyatanya terjadi akibat defisit fiskal yang semula diperkirakan sebesar 7,7% pada tahun ini, kemungkinan hanya 6,4%. Alhasil, kebutuhan penerbitan obligasinya atau US Treasury (UST) tidak setinggi perkiraan sebelumnya. 

“Dulu hampir semua portfolio investasi apakah saham obligasi maupun berbagai sekuritas itu semuanya ke AS. Dengan perkembangan terakhir ini sudah mulai ada pergeseran di obligasi pemerintah dan swasta, tapi yang lebih besar ke emas,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (19/3/205).

Meski demikian, Perry menyampaikan bahwa pergesaran tersebut belum sepenuhnya kuat ke negara-negara emerging market.

Sebelumnya, sejak awal pemerintahan Donald Trump, Bank Indonesia telah mewaspadai adanya aliran modal asing yang keluar dari pasar keuangan Tanah Air karena investor berbondong-bondong beralih ke aset safe haven di AS. 

Adapun meski telah mulai meninggalkan AS, portofolio investasi saham masih terkonsentrasi ke negara maju, kecuali AS, dan belum masuk ke negara Emerging Market (EM).

Sementara untuk pasar saham, Perry menuturkan di AS pun juga terjadi penurunan harga saham dan di regional juga ada penurunan harga saham yang pada akhirnya investasi portfolio beralih ke negara maju selain AS. 

Sebagaimana pasar saham di Indonesia yang mengalami kontraksi dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 6% kemarin, Selasa (18/3/2025). 

Untuk itu, Perry meyakini instrumen keuangan di dalam negeri akan tetap menarik para investor asing untuk mengalirkan modalnya. 

“Oleh karena itu kami masih mempercayai instrumen-instrumen aset keuangan Indonesia apakah SBN, saham, SRBI, secara fundamental memang tetap menarik karena pertumbuhan ekonomi kita tetap tinggi,” jelasnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper