Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah ekonom melihat perputaran uang saat momen libur hari raya Idulfitri mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu seiring adanya proyeksi penurunan jumlah pemudik tahun ini.
Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan dari LPEM FEB UI Teuku Riefky mengestimasikan perputaran uang saat libur lebaran 2025 cenderung turun sejalan dengan penurunan jumlah pemudik. Kendati begitu, dia belum bisa mengungkap berapa persen penurunannya tahun ini.
“Memang perputaran uang cenderung akan menurun. Besarannya berapa, ini kita belum ada estimasi angka detailnya,” kata Teuku kepada Bisnis, Rabu (12/3/2025).
Merujuk data Kementerian Perhubungan (Kemenhub), potensi pergerakan mudik Lebaran diproyeksi mencapai 146,48 juta orang. Jumlah tersebut turun 23% dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 190 juta orang.
Kendati mengalami penurunan, Teuku melihat perputaran uang selama masa libur Lebaran tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi di kuartal I dan kuartal II/2025. Mengingat, momentum Lebaran terjadi persis di tengah-tengah pergantian kuartal I dan kuartal II/2025.
“Dugaan kita, di kuartal I/2025 masih bisa tumbuh ekonominya sampai 5% tapi memang di kuartal II/2025 nggak karena kebanyakan faktor musimannya terserap di kuartal I/2025,” ujarnya.
Baca Juga
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah pemudik tahun ini turun dibanding tahun lalu. Dia menuturkan, daya beli masyarakat secara umum mengalami penurunan lantaran pendapatan yang cenderung menurun.
Selain itu, tunjangan hari raya (THR) para pegawai pemerintahan juga ikut menurun. Faktor-faktor inilah yang kemungkinan memengaruhi penurunan jumlah pemudik di tahun ini.
Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin mengatakan, pada Lebaran 2024, selain THR, masyarakat juga menikmati berbagai gelontoran bantuan sosial (bansos) ekstra dan dana terkait gelaran Pilpres dan Pileg.
“Makanya jumlah pemudik dan nilai belanja Lebaran 2024 jauh lebih tinggi dari 2023 dan tahun-tahun sebelumnya,” ungkap Wijiyanto kepada Bisnis, Rabu (12/3/2025).
Dia mengatakan, menurunnya jumlah pemudik Lebaran 2025 terjadi lantaran tahun ini masyarakat tidak menikmati faktor-faktor tersebut. Selain itu, kondisi daya beli masyarakat saat ini menurun serta tidak adanya kepastian mengenai pekerjaan, merupakan faktor utama penurunan jumlah pemudik dan belanja saat Lebaran.
Sementara itu, Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memiliki pandangan yang berbeda. Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani memperkirakan, perputaran yang selama periode ini cenderung meningkat, seiring dengan naiknya aktivitas belanja masyarakat, perjalanan wisata, dan konsumsi barang serta jasa.
“Bagi dunia usaha, libur Lebaran selalu menjadi salah satu pendorong penting bagi sektor retail, pariwisata, akomodasi, makanan dan minuman, serta transportasi,” kata Shinta kepada Bisnis, Rabu (12/3/2025).
Secara historis, Shinta menuturkan bahwa periode Lebaran berkontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi, terutama melalui peningkatan konsumsi.
Meskipun jumlah pemudik diperkirakan menurun, dampak Lebaran terhadap pertumbuhan ekonomi diharapkan tetap signifikan. Faktor utama pendorongnya adalah peningkatan belanja masyarakat yang menerima THR serta meningkatnya aktivitas perdagangan.
Menurutnya, aktivitas mudik yang melibatkan ratusan juta masyarakat dari berbagai daerah akan memberikan efek berantai terhadap sektor-sektor strategis, baik dalam bentuk transaksi langsung maupun peningkatan permintaan di berbagai sektor industri terkait.
Namun, Apindo belum dapat membeberkan proyeksi spesifik mengenai kontribusi Lebaran terhadap pertumbuhan ekonomi periode ini, lantaran masih perlu dikaji lebih lanjut, dengan mempertimbangkan dinamika inflasi, daya beli masyarakat, serta kebijakan ekonomi yang berlaku. Mengingat bulan Februari 2025 ini terjadi deflasi secara bulanan (month-to-month) dan tahunan (year-on-year/yoy).
Shinta mengatakan, jika faktor-faktor tersebut bergerak secara kondusif, maka dampaknya akan lebih luas dan dapat memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah.
Secara umum, Apindo memandang bahwa momentum Lebaran akan tetap menjadi salah satu pendorong utama bagi perputaran uang di sektor-sektor kunci, terutama transportasi, pariwisata, makanan dan minuman, serta ritel.
“Sehingga, lonjakan permintaan selama musim liburan diharapkan dapat menjadi momentum bagi pelaku usaha untuk mendorong stabilitas perekonomian,” pungkasnya.