Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) membenarkan adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) pada dua pabrik sepatu dalam negeri yang berdampak pada ribuan tenaga kerja.
Direktur Eksekutif Aprisindo Yoseph Billie Dosiwoda mengatakan pihaknya telah mengonfirmasi kabar tersebut ke pihak-pihak terkait. Adapun, penyebab utamanya yakni kesulitan perusahaan memenuhi biaya upah yang tinggi.
“Sampai saat ini kedua pabrik tersebut tidak tutup, masih sebatas pengurangan pekerja dengan PHK yang diatasi pihak perusahaan," kata Billie kepada Bisnis, Kamis (6/3/2025).
Keputusan untuk efisiensi karyawan telah dilakukan bertahap sejak November 2024. Kedua perusahaan tersebut terpaksa melakukan PHK massal sebagai langkah menekan beban tinggi dari biaya upah sektoral dan UMR di tengah penurunan permintaan.
Menurut informasi yang didapatkannya, perusahaan telah mengalami permintaan pesanan baru yang tidak menentu, bahkan cenderung turun serta tidak imbang dengan biaya produksi sebagai perusahaan dikawasan berikat yang khusus melakukan ekspor.
“Tidak mungkin pekerja dibayar tanpa ada proses produksi,” ujarnya.
Baca Juga
Hak Pekerja
Terkait hal ini, pihaknya juga telah menerima keluhan dari pengusaha lainnya terkait regulasi upah yang berubah-ubah dan mengalami kenaikan yang cukup tinggi sehingga perusahaan tidak mampu membayar.
Kendati demikian, menurut Billie, kedua perusahaan tetap melaksanakan tanggung jawabnya dan memberikan kompensasi sesuai dengan peraturan perundang-udangan apa yang menjadi hak pekerja yang telah di PHK.
“Kami dari Asosiasi prihatin atas keadaan ini, dimana teman-teman anggota berusaha stabil agar tidak terjadi PHK yang menyangga dalam meresap tenaga kerja dalam kontribusi perekonomian nasional dalam kondisi ekonomi awal tahun seperti ini,” tuturnya.
Untuk itu, pihaknya berharap kondisi ini menjadi perhatian pemerintah, terutama Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) dan Disnaker Provinsi dalam memperbaiki dan menerapkan regulasi pengupahan yang adil dan saling menguntungkan.
“Win-win solution saling menguntungkan baik kepada Perusahaan untuk membayar pekerja agar tidak terjadi PHK dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif di wilayah ini,” jelasnya.
Lebih lanjut, Billie juga menerangkan bahwa kondisi serupa juga terjadi pada pabrikan sepatu di negara lain, seperti Vietnam. Permintaan pesanan baru di negara tersebut juga tidak menentu.
Namun, industri alas kaki di Vietnam tidak melakukan PHK karena iklim usaha bagus termasuk tata kelola pengupahan masih bisa diatasi. Hal ini yang menjadi situasi pembeda dengan Indonesia.
“Kami berharap ke depan tidak terjadi PHK kembali, sebab belum bisa diprediksi pasti. Misalnya di Jawa-Tengah bagus iklim usaha nya saat ini. Semoga kedepan situasi stabil dan tidak meluas PHK di industri padat karya alas kaki,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) mengungkap dua pabrik alas kaki milik asing tengah memproses pemutusan hubungan kerja (PHK) ribuan buruhnya. Kedua pabrik tersebut berlokasi di Tangerang.
Presiden KSPN Ristadi mengatakan 2 perusahaan tersebut yaitu PT Adis Dimension Footwear yang merupakan produsen sepatu olahraga termasuk Nike, dan PT Victory Chingluh yang memproduksi Adidas, Reebok, Nike, hingga Mizuno.
“Ada 2 perusahaan di Tangerang, pertama PT Adis Dimension Footwear itu mengerjakan kalau gak salah sepatu Nike kelihatannya itu mem PHK 1.500 karyawan kemudian PT Victory Chingluh Indonesia sekitar 2.000 masih dalam proses, jadi kurang lebih 3.500 karyawan,” kata Ristadi kepada Bisnis.