Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Diramal Kembali Deflasi pada Februari 2025

Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2025 diperkirakan kembali mengalami deflasi bulanan karena penurunan harga pangan akibat pasokan yang meningkat.
Pedagang beraktivitas di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Abdurachman
Pedagang beraktivitas di pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (15/10/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom memperkirakan Indeks Harga Konsumen/IHK mengalami deflasi secara bulanan pada Februari 2025, usai pada bulan sebelumnya terjadi deflasi sebesar 0,76% month to month/MtM.

Kepala Ekonom PT Bank Pertama Tbk. (BNLI) atau Permata Bank Josua Pardede meramalkan  deflasi akan kembali terjadi dengan angka 0,08% akibat penurunan harga pangan karena pasokan yang meningkat. 

“Oleh karena itu, kami mengantisipasi deflasi bulanan yang signifikan pada kelompok harga bergejolak,” ujarnya, Minggu (2/3/2025). 

Sementara itu, inflasi Harga yang Diatur Pemerintah atau Administered Price diproyeksikan akan mencatat inflasi bulanan sebesar 0,23% MtM.

Namun demikian, Inflasi Inti atau Core Inflation pada Februari 2025 sebagian besar dipengaruhi oleh kenaikan harga emas global dan depresiasi rupiah.

Secara kumulatif atau year to date (YtD), Josua memperkirakan bahwa IHK deflasi sekitar 0,84%, lebih dalam dari Januari 2025. 

Seiring dengan deflasi yang kembali terjadi, Josua melihat laju inflasi Februari 2025 secara tahunan atau year on year (YoY) akan menurun atau lebih lambat menjadi 0,31% YoY dari Januari yang deflasi 0,76%—yang menandai level terendah sejak Januari 2020. 

⁠Sementara itu, laju Inflasi Inti tahunan diperkirakan akan tetap kuat, naik dari 2,36% YoY menjadi 2,46% pada Februari 2025, terutama didorong oleh kenaikan harga emas. Di luar harga emas, inflasi inti terlihat lemah, mengindikasikan kondisi permintaan yang relatif stabil.

Secara umum, Josua meyakini meski terjadi deflasi bulanan dan inflasi yang melambat, realisasi IHK pada akhir tahun akan tetap berada di kisaran 2% karena subsidi listrik dari pemerintah hanya diberikan pada dua bulan pertama 2025. 

“Kami masih memperkirakan inflasi IHK akan berada di kisaran 2% pada akhir tahun 2025, karena dampak dari diskon tarif listrik diantisipasi akan menghilang pada Maret 2025,” lanjutnya.

Sebelumnya Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan IHK Januari 2025 yang tetap mencatatkan inflasi YoY akibat kelompok kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan laju inflasi 3,69% YoY dan memberikan andil sebesar 1,07%.  

Komoditas yang memberikan andil inflasi terbesar adalah minyak goreng dan sigaret kretek mesin (SKM) yang masing-masing sebesar 0,14% dan 0,12% terhadap inflasi secara umum. 

Rendahnya tingkat inflasi Januari 2025 ini bukan tanpa sebab, Amalia menjelaskan kondisi inflasi tertekan akibat deflasi hingga 9,16% YoY pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Pada Januari 2025.  

Utamanya, akibat diskon tarif listrik yang ditetapkan pemerintahan Prabowo-Gibran sebagai kompensasi kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12%.

Adapun, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan perkembangan Indeks Harga Konsumsi (IHK) Februari 2025 pada Senin, (3/3/2025) pukul 11.00 WIB. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper