Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia ditutup melemah pada Senin (24/2/2025) setelah perintah eksekutif dari Presiden AS Donald Trump membatasi investasi China pada beberapa sektor strategis AS.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Kospi Korea Selatan ditutup melemah 0,43% ke level 2.643,04, sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong melemah 0,84% pada level 23.281,82. Selanjutnya, indeks komposit Shanghai di China juga turun 0,62% pada level 3.358,07.
Selanjutnya, indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI turun 0,66% pada 1.580,47. Sebaliknya, indeks S&P/ASX 200 Australia tercatat menguat 0,14% ke level 8.308,20.
Pergerakan bursa Asia dipengaruhi oleh kebijakan Trump yang mengarahkan Komite Penanaman Modal Asing di Amerika Serikat (CFIUS) untuk membatasi investasi dari China di bidang teknologi, energi, dan sektor-sektor strategis AS lainnya. Kebijakan tersebut merupakan serangan terbaru Trump terhadap negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut.
Menurut tim ahli strategi JPMorgan Chase & Co., langkah tersebut dapat memicu pembalikan saham China setelah reli yang kuat.
"Meskipun tidak dapat dilaksanakan seperti perintah eksekutif, memo tersebut menetapkan pedoman implementasi utama untuk memastikan bahwa investasi dan investor AS memajukan keamanan dan kemakmuran negara,” tulis ahli strategi termasuk Wendy Liu dalam sebuah catatan.
Baca Juga
Dalam catatan terpisah, para analis termasuk Rebecca Wen mengatakan perkembangan tersebut menimbulkan pertanyaan tentang apakah hal ini didasarkan pada keputusan Departemen Pertahanan AS baru-baru ini untuk menambahkan Tencent dan pembuat baterai CATL ke dalam daftar perusahaan militer China pada 7 Januari 2025.
Trump memaparkan rencana tersebut dalam memorandum keamanan nasional yang ditandatangani presiden hari Jumat yang berkomitmen untuk menggunakan semua instrumen hukum yang diperlukan untuk melarang afiliasi China berinvestasi di teknologi AS, infrastruktur penting, layanan kesehatan, pertanian, energi, bahan mentah, dan industri lainnya.
Arahan ini membuka peluang bagi perluasan otoritas CFIUS, sebuah panel rahasia yang meneliti proposal entitas asing untuk membeli perusahaan atau properti AS, untuk menggagalkan investasi China.
Saham-saham teknologi China mengalami kenaikan tahun ini, didorong oleh optimisme atas pertemuan DeepSeek dan Presiden Xi Jinping dengan para pemimpin bisnis besar, termasuk salah satu pendiri Alibaba, Jack Ma. Indeks blue-chip terkemuka di kawasan euro naik hampir 12% selama rentang waktu tersebut, mengungguli S&P 500.
Prospek kecerdasan buatan dapat mengimbangi risiko tarif AS dan mengalihkan taruhan pada pelonggaran kebijakan Federal Reserve.
“Masyarakat belum percaya pada kekuatan inovasi China, namun China juga kurang dimiliki oleh pihak asing. Saya pikir Anda akan melihat sejumlah alokasi dana global ke China, khususnya di bidang teknologi," kata Virginie Maisonneuve, kepala investasi ekuitas global di Allianz Global Investors.