Bisnis.com, JAKARTA - Industri hasil tembakau (IHT) dinilai bisa berkontribusi optimal dalam mendukung target pertumbuhan ekonomi 8%.
Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Esther Sri Astuti mengatakan IHT berperan dalam penyerapan tenaga kerja dan berkontribusi terhadap penerimaan negara melalui cukai.
"IHT dapat berperan sebagai sektor strategis nasional yang dapat mendukung target pertumbuhan ekonomi 8%," kata Esther dalam keterangannya, Senin (17/2/2025).
Dia menambahkan pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan yang tepat agar IHT dapat berperan optimal di tengah ketidakpastian ekonomi dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Kenaikan tarif cukai yang terus-menerus, pada batasan tertentu, tidak akan menaikkan penerimaan negara, tetapi justru menurunkan penerimaan.
Menurutnya, apabila cukai naik bakal mempersulit penjualan, sehingga berujung pada efisiensi tenaga kerja. Sektor padat karya dinilai perlu mendapatkan perlindungan dari pemerintah melalui kebijakan yang seimbang.
Adapun, Ketua Umum Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI), I Ketut Budhyman, menyoroti penerimaan negara melalui cukai dan pajak hasil tembakau yang menyumbang lebih besar dibanding industri lain.
Baca Juga
Dia menjelaskan IHT menjadi salah satu sektor strategis yang melibatkan sekitar 6 juta orang, termasuk 1,5 juta petani tembakau, 1,5 juta petani cengkeh, serta pekerja dan pedagang.
"Dengan kontribusi ekonomi yang besar, IHT berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan," katanya.
Namun, kebijakan yang membatasi ruang gerak IHT secara eksesif dinilai dapat berdampak buruk terhadap upaya pemerintah mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8%. Menurut Budhyman, kebijakan harus dibuat dengan prinsip keadilan dan keseimbangan agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi tenaga kerja dan perekonomian nasional.