Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Ramadan, BPS: Harga Daging Ayam hingga Tiket Pesawat Perlu Diwaspadai

BPS mewanti-wanti adanya kenaikan harga daging ayam ras, tiket pesawat, hingga emas perhiasan menjelang momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone
Pesawat Citilink (atas) saat akan mendarat dan pesawat Garuda Indonesia yang akan lepas landas di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (18/2/2019)./Bisnis-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mewanti-wanti adanya kenaikan harga seperti daging ayam ras, tiket pesawat, hingga emas perhiasan akibat tingginya permintaan menjelang momentum Ramadan dan Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan bahwa terdapat sejumlah komoditas pendorong inflasi di bulan Ramadan dan Idulfitri. Bahkan, inflasi terjadi di beberapa periode sebelum dimulainya Ramadan.

Secara umum, dia menyampaikan bahwa pendorong inflasi pada bulan Ramadan dan Idulfitri didominasi oleh komoditas volatile food dan beberapa komoditas administered prices.

“Perlu diwaspadai kenaikan harga beberapa komoditas akibat tingginya permintaan menjelang Ramadan dan Idulfitri seperti daging ayam ras, tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, bawang putih, beras, dan emas perhiasan,” kata Pudji dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 di YouTube Kemendagri, Jakarta, Senin (17/2/2025).

Pudji mengungkap, tarif angkutan udara menjadi salah satu komoditas yang cenderung muncul sebagai pendorong inflasi pada momentum Idulfitri.

Di sisi lain, juga ada beberapa komoditas yang tidak muncul sebagai pendorong utama inflasi saat Ramadan, tetapi muncul saat momen Idulfitri, seperti telur ayam ras.

“Sebagai contoh di 2023, telur ayam ras ini muncul sebagai pendorong inflasi yang cukup signifikan yaitu sebesar 0,01% di bulan terjadinya Idulfitri, tetapi di bulan Ramadan tidak tertangkap sebagai komoditas yang signifikan mendorong inflasi,” bebernya.

Menurutnya, telur ayam ras menjadi salah satu pendorong inflasi pada 2023 lantaran momentum Lebaran 2023 terjadi pada minggu terakhir, tepatnya 22 April sehingga kenaikan harga telur ayam ras lebih tinggi pada April.

Sementara pada 2024, Pudji menjelaskan bahwa momentum Idulfitri terjadi pada 10 April atau di awal bulan. Data BPS menunjukkan bahwa kenaikan telur ayam ras tercatat signifikan pada Ramadan atau Maret 2024.

“Ini yang perlu kita waspadai, karena untuk Lebaran di tahun 2025 ini hampir dipastikan bahwa Ramadan itu hampir utuh ada di Maret sehingga kenaikan harganya akan dominan tercatat pada catatan inflasi di Maret [2025],” terangnya.

Jika menengok momentum Ramadan dan Idulfitri 2024, BPS mencatat andil inflasi terbesar pada Maret 2024, antara lain telur ayam ras, daging ayam ras, dan beras masing-masing sebesar 0,09%. Lalu, emas perhiasan 0,04%, cabai rawit dan bawang putih masing-masing 0,02%, serta sigaret kretek mesin (SKM), bawang merah, minyak goreng, dan nasi dengan lauk masing-masing sebesar 0,01%.

Sementara andil inflasi pada April 2024 terdiri atas bawang merah 0,14%, emas perhiasan 0,08%, angkutan udara 0,06%, tomat 0,04%, angkutan antarkota 0,03%, dan bawang putih 0,02%. Disusul, daging ayam ras, SKM, minyak goreng, dan jagung manis masing-masing memberikan andil inflasi sebsar 0,01%.

Pudji menambahkan bahwa pada Januari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,76% yang didorong oleh adanya diskon tarif listrik di Januari 2025. Namun, pada periode yang sama terpantau masih terdapat beberapa komoditas harga bergejolak yang mengalami inflasi, mulai dari cabai merah, cabai rawit, daging ayam ras, wortel, beras, kangkung, hingga sewa rumah.

“Cabai merah dan cabai rawit memberikan andil yang cukup besar terhadap inflasi komoditas volatile food di Januari 2025. Jadi catatannya di sini adalah walaupun di Januari 2025 ini terjadi deflasi, tetapi masih terdapat beberapa komoditas yang mengalami inflasi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper