Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan ekonomi Singapura sepanjang 2024 mencatatkan hasil yang lebih kuat dari ekspektasi sebelumnya.
Hal ini menempatkan pemerintah pada posisi yang lebih baik untuk menavigasi ketidakpastian global dan kecemasan pemilih akan biaya hidup di tahun pemilihan.
Data estimasi final yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan dan Industri, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (14/2/2025), produk domestik bruto atau PDB Singapura meningkat 5% pada kuartal IV/2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Catatan tersebut lebih baik dari pembacaan awal pemerintah sebesar 4,3% dan sejalan dengan perkiraan median ekonom.
Adapun, untuk periode full year, PDB Singapura naik 4,4%, laju tercepat sejak 2021, dan melampaui estimasi awal pemerintah sebesar 4% dan perkiraan ekonom. Pada kuartal tersebut, ekonomi tumbuh 0,5% terhadap ekspektasi median untuk kenaikan 0,8%.
Meski data terbaru merupakan dorongan bagi posisi negara-kota tersebut untuk menghadapi tantangan dari perlambatan ekonomi China hingga ketegangan perdagangan yang didorong oleh tarif impor Presiden Amerika Serikat Donald Trump, prospeknya penuh dengan risiko.
Biaya yang tinggi dari perumahan hingga makanan tetap menjadi sumber kecemasan di antara warga Singapura yang mungkin akan coba diredakan oleh partai yang berkuasa menjelang pemilihan umum yang harus diadakan pada bulan November.
Baca Juga
Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong diperkirakan akan menggunakan pidato anggarannya pada tanggal 18 Februari untuk mengumumkan langkah-langkah baru guna mendukung warga Singapura yang rentan dan meningkatkan daya saing.
Pemerintah menegaskan kembali bahwa mereka mengharapkan pertumbuhan pada tahun 2025 pada kisaran 1%—3%.
"Ketidakpastian dalam ekonomi global masih signifikan, dengan risiko yang cenderung menurun," kata Kementerian Perdagangan dan Industri dalam sebuah pernyataan.
Pihak kementerian melanjutkan, sektor manufaktur dan jasa terkait perdagangan di Singapura diperkirakan akan terus berkembang pada 2025, meskipun laju pertumbuhannya kemungkinan akan melambat dari level 2024.
Kinerja sektor yang berhadapan dengan konsumen seperti perdagangan eceran dan jasa makanan dan minuman "kemungkinan akan tetap lesu," kata pemerintah, mengutip meningkatnya perjalanan warga Singapura ke luar negeri meskipun pariwisata asing terus pulih.
Sementara itu, Bloomberg Economics memperkirakan pemulihan tajam Singapura pada 2024 akan terhambat pada 2025. Hal tersebut mengingat Singapura merupakan salah satu negara dengan perekonomian yang paling bergantung pada perdagangan di kawasan tersebut, sehingga rentan terhadap meningkatnya proteksionisme.
Otoritas Moneter Singapura, yang beralih ke pelonggaran bulan lalu, kemungkinan akan melanjutkan arah tersebut sepanjang tahun ini.