Bisnis.com, JAKARTA - Minat bank sentral global terhadap emas diyakini tidak menunjukkan tanda-tanda melambat pada 2025 seiring dengan ketidakpastian ekonomi dan geopolitik yang tetap tinggi.
"Ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap tinggi pada tahun 2025 dan tampaknya lebih besar kemungkinan bank-bank sentral akan kembali beralih ke emas sebagai aset strategis yang stabil," jelas World Gold Council dalam laporannya dikutip dari Bloomberg, Rabu (5/2/2025).
Laporan itu menyebut, prospek tersebut muncul setelah rekor permintaan tahunan tertinggi sepanjang masa pada 2024. Hal ini seiring dengan bank-bank sentral terus menyerap emas dengan kecepatan yang sangat tinggi.
Laporan World Gold Council mencatat, total permintaan emas naik 1% ke rekor tahunan 4.974 ton tahun lalu. Sebaliknya, permintaan perhiasan emas mengalami penurunan karena harga yang melonjak.
"Kami memperkirakan bank sentral tetap memegang kendali dan investor ETF emas akan ikut ambil bagian. Permintaan perhiasan akan tetap tertekan dan kita mungkin melihat pertumbuhan lebih lanjut dalam daur ulang. Pasokan tambang diperkirakan akan tetap kuat," jelas laporan tersebut.
Bank sentral membeli 1.045 metrik ton emas sepanjang 2024, senilai sekitar US$96 miliar pada harga Selasa (4/2/2025). Laporan itu mengatakan, bank sentral Polandia, India, dan Turki sebagai pembeli terbesar.
Bank sentral telah menjadi pembeli bersih selama 15 tahun, tetapi laju pembelian tahunan telah meningkat sekitar dua kali lipat sejak pecahnya perang di Ukraina, karena pihak berwenang berusaha menyeimbangkan kembali cadangan dari aset dolar AS.
“Saya pikir kejutan terbesar di sisi permintaan adalah fakta bahwa bank sentral membeli seribu ton tahun lalu. Ada pembelian bank sentral yang luas, dan lebih dari yang kami perkirakan di awal tahun, "kata ahli strategi pasar senior World Gold Council, John Reade.
Harga emas naik 27% sepanjang tahun karena investor mencari tempat berlindung yang aman dari konflik di Ukraina dan Timur Tengah dan bank sentral beralih ke pemotongan suku bunga.
Sementara itu, harga yang lebih tinggi menekan konsumsi perhiasan, yang turun 11% menjadi 1.877 ton. China menyumbang sebagian besar penurunan, dengan permintaan perhiasan turun ke posisi kedua di bawah India untuk kedua kalinya dalam tiga tahun.
“China tetap menjadi pasar emas terbesar — jelas permintaan perhiasan turun banyak, tetapi permintaan investasi meningkat. Rasio antara keduanya hampir dapat digunakan sebagai ukuran kasar sentimen ekonomi di China," kata Reade dalam sebuah wawancara.
Laporan itu menambahkan, sentimen investor dapat membaik jika bank sentral China, People's Bank of China (PBOC) terus mengumumkan pembelian emas.
Motivasi pembelian bank sentral cenderung lebih strategis daripada investor lain, dan penjualan relatif jarang terjadi dalam 15 tahun terakhir. Oleh karena itu, lembaga-lembaga ini cenderung kurang reaktif terhadap pergerakan harga — menyediakan pilar dukungan penting bagi harga emas batangan.