Bisnis.com, JAKARTA – China, Meksiko, hingga Kanada bersiap menghadapi kemungkinan perang dagang menjelang dilantiknya Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.
Awal pekan ini, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menegaskan bahwa negaranya siap mengambil langkah balasan berupa tarif terhadap AS jika presiden terpilih Donald Trump mewujudkan ancamannya untuk melancarkan perang dagang di Amerika Utara.
Melansir Bloomberg, Senin (13/1/2025), Trudeau menyatakan bahwa pemerintahnya tidak berniat memicu konflik perdagangan dengan pemerintahan baru AS di bawah Trump, tetapi akan bertindak tegas jika AS memberlakukan tarif pada produk-produk Kanada.
Berdasarkan data Departemen Perdagangan AS, Kanada merupakan mitra dagang terbesar barang-barang AS dengan nilai mencapai US$320 miliar dalam 11 bulan pertama 2024. Selama periode yang sama, defisit perdagangan barang AS dengan Kanada tercatat sebesar US$55 miliar.
“Kami adalah mitra ekspor utama bagi sekitar 35 negara bagian AS. Setiap hambatan yang memperlambat arus perdagangan antar negara kita akan berdampak buruk bagi rakyat dan pekerjaan di Amerika,” ungkap Trudeau.
Ketika pemerintahan Trump pertama memberlakukan tarif pada baja dan aluminium pada 2018, pemerintah Kanada merespons dengan mengenakan tarif pada sejumlah produk AS, seperti peralatan rumah tangga, bourbon, dan perahu.
Baca Juga
Kali ini, Trump mengisyaratkan tarif 25% yang lebih luas terhadap barang-barang dari Meksiko dan Kanada. Salah satu rencana balasan Kanada yang beredar melibatkan hampir semua kategori produk impor dari AS.
Adapun China mengambil langkah persiapan yang berbeda guna mengantisipasi kebijakan Trump. Awal bulan lalu, para pemimpin utama China berencana melonggarkan kebijakan moneter dan memperluas pengeluaran fiskal pada 2025 sebagai bentuk persiapan Beijing menghadapi perang dagang kedua saat Donald Trump menjabat sebagai Presiden AS.
Mengutip Bloomberg pada Senin (9/12/2024), Politbiro yang beranggotakan 24 orang yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping mengumumkan akan menerapkan strategi "cukup longgar" untuk kebijakan moneter pada 2025. Ini menandai perubahan besar pertama dalam pendiriannya sejak 2011.
Menurut Kantor Berita resmi Xinhua, badan tersebut juga mengadopsi bahasa yang lebih kuat tentang kebijakan fiskal, dengan mengatakan akan "lebih proaktif" satu langkah lebih maju dari "proaktif".
Menandakan tekad yang lebih besar untuk menopang kepercayaan, para pejabat pada pertemuan Desember juga berjanji untuk "menstabilkan pasar properti dan saham," dan meningkatkan "penyesuaian kebijakan kontra-siklus yang luar biasa" istilah Partai Komunis untuk menggunakan alat yang lebih tidak umum untuk meningkatkan ekonomi.
"Kata-kata dalam pernyataan rapat Politbiro ini belum pernah terjadi sebelumnya,” kata ahli strategi senior di Australia & New Zealand Banking Group, Zhaopeng Xing.
Sementara itu, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum dengan tegas menyatakan bahwa Meksiko akan tetap berdiri tegak sebagai negara Merdeka dan menolak segala bentuk subordinasi dari AS.
Dalam pidato di hadapan ribuan pendukung di alun-alun pusat Kota Meksiko, Minggu, untuk memperingati 100 hari masa jabatannya, Sheinbaum menegaskan pentingnya mempertahankan hubungan bilateral yang kuat dengan AS melalui dialog.
Ia juga menyinggung keberhasilan kerja sama sebelumnya dengan mantan Presiden Andres Manuel Lopez Obrador dalam merundingkan pembaruan perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara.
“Kita akan selalu berjalan dengan kepala tegak. Meksiko adalah negara bebas, independen, dan berdaulat. Kita bekerja sama, berkoordinasi, tetapi tidak tunduk,” ujar Sheinbaum.
Sebelumnya, tim Presiden terpilih Donald Trump telah meningkatkan tekanan pada Meksiko terkait isu migrasi dan peredaran barang ilegal, mengancam tarif 25% terhadap produk-produk Meksiko jika tidak ada tindakan konkret.
Trump juga memicu kontroversi dengan menyebut ekonomi Meksiko dikuasai kartel dan mengusulkan penggantian nama Teluk Meksiko.