Bisnis.com, JAKARTA - Produk domestik bruto (PDB) Vietnam tumbuh 7,09% sepanjang 2024 menjadi US$476,3 miliar. Ekspor yang kuat dan arus masuk investasi asing yang besar menjadi motor pertumbuhan ekonomi Vietnam.
Data dari Kantor Statistik Umum (GSO) Vietnam pada Senin (6/1/2025) mencatat pertumbuhan sepanjang 2024 itu lebih tinggi dari realisasi sebesar 5,05% pada 2023. Sementara itu, PDB tumbuh 7,55% pada kuartal IV/2024, pertumbuhan kuartalan tercepat dalam lebih dari dua tahun.
Vietnam yang merupakan pusat manufaktur regional Asia Tenggara telah diuntungkan dari pemulihan konsumsi global meskipun sangat terpengaruh oleh topan terkuat di Asia pada tahun lalu.
"Ini adalah hasil positif di tengah berbagai kesulitan termasuk, bencana alam, dan merupakan landasan yang baik untuk pertumbuhan pada tahun 2025," kata Nguyen Thi Huong, kepala GSO, dalam konferensi pers setelah laporan tersebut dirilis dikutip dari Reuters.
Sementara itu, ekspor sepanjang 2024 tumbuh 14,3% dari tahun sebelumnya menjadi US$405,53 miliar, yang didorong oleh pengiriman barang elektronik, telepon pintar, pakaian, dan hasil pertanian.
Impor tumbuh 16,7% menjadi US$380,76 miliar pada tahun 2024, yang menghasilkan surplus perdagangan sebesar US$24,77 miliar.
Pemulihan pertumbuhan yang kuat pada 2024 juga dibantu oleh peningkatan impor batu bara oleh pemerintah untuk pembangkit listrik untuk menghindari terulangnya kekurangan listrik pada tahun-tahun sebelumnya.
Impor batu bara pada 2024 naik 24,8% dari tahun sebelumnya menjadi 63,8 juta metrik ton, sementara produksi listrik pada tahun tersebut naik 9,6% menjadi 293,3 miliar kilowatt jam.
Selanjutnya, arus masuk investasi asing ke Vietnam naik 9,4% tahun lalu menjadi US$25,35 miliar. Sementara itu, indeks harga konsumen atau inflasi rata-rata pada 2024 naik 3,63%, sedangkan output produksi industri naik 8,4%.
Vietnam telah menetapkan target pertumbuhan PDB resmi sebesar 6,5% hingga 7,0% untuk tahun ini. Perdana Menteri Pham Minh Chinh bulan lalu mengatakan Vietnam akan menargetkan pertumbuhan sebesar 8,0%.
"Ke depannya, Vietnam akan secara aktif memantau kebijakan moneter, menstabilkan nilai tukar, dan memantau secara ketat mitra dagang besar agar kebijakan tepat waktu," kata Huong.