Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) melihat adanya pembebasan bea masuk ke Kanada untuk sejumlah komoditas unggulan Indonesia, termasuk kelapa sawit, tidak berdampak signifikan terhadap kinerja ekspor minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) Indonesia.
Ketua Umum Gapki, Eddy Martono, menyampaikan, impor minyak sawit Kanada sepanjang 2024 atau hingga September 2024 hanya sebesar 17.348 ton lantaran negara yang kerap dijuluki Negeri Pecahan Es itu merupakan penghasil canola terbesar di dunia.
“Kalau seperti ini artinya untuk minyak sawit tidak akan terlalu berpengaruh,” kata Eddy kepada Bisnis, Rabu (4/12/2024).
Adapun sejumlah komoditas unggulan Indonesia seperti tekstil, kertas dan turunannya, kayu dan turunannya, makanan olahan, sarang burung walet, dan kelapa sawit mendapat fasilitas pembebasan bea masuk ke Kanada mulai 2026.
Fasilitas ini merupakan salah satu manfaat yang diperoleh dari Indonesia dari adanya Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Kanada (Indonesia-Canada Comprehensive Economic Partnership (ICA-CEPA)). Perundingan kerja sama ini telah selesai secara substansi dan rencananya akan diimplementasikan pada 2026.
Beberapa produk prioritas Indonesia yang mendapat akses pasar dari Kanada adalah tekstil, kertas dan turunannya, kayu dan turunannya, makanan olahan, sarang burung walet, dan kelapa sawit.
Baca Juga
Joint Ministerial Statement sendiri telah ditandatangani oleh kedua pemerintahan pada Senin (2/12/2024) di Jakarta. Hal ini menandakan bahwa negosiasi ICA CEPA telah berakhir.
Eddy mengharapkan, pemerintah ke depannya dapat terus membuka pasar baru, selain meningkatkan dan menjaga ekspor ke pasar tradisional seperti China, India, Uni Eropa, dan Pakistan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor CPO dan turunannya mencapai US$2,37 miliar pada Oktober 2024, atau mengalami peningkatan sebesar 70,90% (month to month/MtM) dibanding bulan lalu sebesar US$1,38 miliar.
“Ekspor CPO dan turunanya secara bulanan meningkat 70,90%,” kata Plt. Kepala BPS Amalia A. Widyasanti dalam konferensi pers, Jumat (15/11/2024).
Kinerja ekspor CPO dan turunannya juga mengalami peningkatan secara tahunan. BPS mencatat, ekspor komoditas ini mengalami peningkatan sebesar 25,35% (year on year/YoY) dari Oktober 2023 sebesar US$1,89 miliar.