Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri China Li Qiang menyatakan optimisme pemerintahannya dalam memulihkan ekonomi Negeri Panda dan juga mengambil tindakan nyata terhadap AS dan Uni Eropa dalam hal perdagangan.
“Pemerintah China memiliki kemampuan untuk mendorong perbaikan ekonomi yang berkelanjutan,” kata Li dalam pidatonya pada Selasa (5/11/2024) pada pembukaan Pameran Impor Internasional China di Shanghai dikutip dari Bloomberg.
Dia menambahkan bahwa para pejabat memiliki ruang yang luas untuk kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Li juga menegaskan kembali bahwa China akan mencapai target pertumbuhan ekonominya sekitar 5%.
Pernyataan Li mengenai perekonomian menggarisbawahi optimisme para pejabat China bahwa mereka dapat mencapai target ekspansi di tengah lemahnya sentimen konsumen, tekanan deflasi, dan kesengsaraan pasar properti.
Data terkini tampaknya mendukung hal tersebut. Pada hari Selasa, ukuran aktivitas jasa swasta bulan lalu meningkat pada laju tercepat sejak bulan Juli, sebuah tanda bahwa permintaan konsumen mungkin membaik setelah Beijing berupaya untuk menopang pertumbuhan dengan serangkaian langkah stimulus.
Investor tengah menunggu rincian dukungan fiskal setelah pemerintah China meluncurkan paket stimulus tersebut. Dukungan itu bisa didapat pada pertemuan badan legislatif tertinggi minggu ini.
Baca Juga
Indeks acuan CSI 300 China tercatat naik 2,3% pada 13.18 waktu setempat di Shanghai, kenaikan terbesar dalam lebih dari dua minggu. Indeks Hang Seng China Enterprises menguat 1,9%.
Li juga tampak mengolok-olok AS dan Uni Eropa atas kebijakan perdagangan mereka, dengan menyebutkan “berbagai tindakan ketidakjujuran,” tanpa menjelaskan secara spesifik.
China mengajukan keluhan kepada World Trade Organization (WTO) mengenai pungutan Uni Eropa terhadap impor kendaraan listrik China pada Senin (4/11/2024) waktu setempat. AS telah memberlakukan tarif kendaraan listriknya sendiri, dan Washington juga berupaya untuk memotong akses China terhadap teknologi chip canggih, dengan alasan kekhawatiran militer.
Berbicara setelah Li, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim memuji China atas penanganan perdagangan mereka dalam menghadapi “praktik perdagangan yang tidak jelas, merendahkan dan tidak adil” oleh negara-negara yang tidak disebutkan namanya.
Perjalanan pemimpin Malaysia ini terjadi ketika negara mayoritas Muslim tersebut semakin dekat dengan Beijing, dan Anwar secara terbuka mengkritik AS atas dukungannya terhadap Israel. Bulan lalu, Malaysia, Indonesia, Vietnam dan Thailand menjadi negara mitra blok BRICS yang diharapkan China dan Rusia dapat menjadi penyeimbang negara-negara Barat yang dipimpin AS.
Pernyataan Li dan Anwar muncul tepat sebelum warga Amerika menuju tempat pemungutan suara, sehingga meningkatkan kemungkinan masa jabatan kedua bagi Donald Trump. Dia mengancam akan mengenakan tarif sebesar 60% pada produk-produk Tiongkok, sebuah tindakan yang hampir pasti akan memicu pembalasan dari Beijing.
Pada hari Senin, Li bertemu dengan sekelompok eksekutif perusahaan yang menghadiri CIIE.
“Pesan utamanya adalah China kuat, perekonomiannya tumbuh dan terdapat banyak peluang,” kata Jerry Felton, CEO pembuat vitamin dan suplemen yang berbasis di Idaho, Melaleuca Inc.
Beberapa CEO juga menyampaikan tantangannya, terutama terkait perekonomian global, kata Felton yang hadir dalam pertemuan tersebut.