Xi Jinping, China
Presiden China, Xi Jinping, belum memberikan dukungan secara terbuka.
Seperti halnya Rusia, baik Partai Demokrat maupun Republik telah mengambil sikap keras terhadap China. Selama masa kepresidenannya, Trump memulai perang dagang dengan China, mengenakan tarif terhadap impor China senilai US$250 miliar pada tahun 2018. China kemudian membalas dengan mengenakan tarif terhadap impor AS senilai US$110 miliar.
Tampaknya Trump tidak akan mundur jika terpilih, namun Partai Demokrat juga bisa bersatu melawan pengaruh China yang semakin besar di seluruh dunia.
Ketika Joe Biden menjadi presiden, dia mempertahankan tarif Trump. Selanjutnya, pada 13 September tahun ini, pemerintahan Biden mengumumkan kenaikan tarif terhadap produk-produk tertentu buatan China. Jika Harris menang, dia diharapkan tetap konsisten dengan kebijakan Biden terhadap China.
Baik Trump maupun Harris tidak merinci tindakan apa yang akan mereka ambil terhadap China jika mereka terpilih.
Terlepas dari perang dagang yang dilancarkan Trump, dia membanggakan hubungan baiknya dengan Xi. Setelah Trump selamat dari upaya pembunuhan pada 14 Juli, dia mengatakan para pemimpin dunia telah menghubunginya.
Baca Juga
“Saya rukun dengan Presiden Xi. Dia orang yang baik, menulis pesan indah kepada saya beberapa hari yang lalu ketika dia mendengar tentang apa yang terjadi,” kata Trump pada sebuah rapat umum.
Namun, di balik layar, para pejabat China mungkin sedikit condong ke arah Harris, kata NBC News mengutip Jia Qingguo, mantan dekan Sekolah Studi Internasional di Universitas Peking.
“Ironisnya adalah, Xi mungkin menginginkan Harris, begitu pula Iran,” kata Ash kepada Al Jazeera saat berbicara tentang Putin.
Benjamin Netanyahu, Israel
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu belum secara terbuka mendukung salah satu kandidat tersebut. Namun, secara luas diyakini bahwa dia condong ke arah kemenangan Trump.
Netanyahu dan Trump memiliki hubungan yang baik selama masa jabatan pertama mantan presiden AS tersebut. Pada tahun 2019, di Dewan Israel-Amerika, Trump berkata: “Negara Yahudi tidak pernah memiliki teman yang lebih baik di Gedung Putih selain presiden Anda.”
Hubungan tersebut pun saling menguntungkan. Netanyahu, dalam pernyataannya pada 2020, mengatakan bahwa Trump adalah teman terbaik Israel yang pernah dimiliki di Gedung Putih.
Hubungan antara Trump dan Netanyahu memburuk setelah Biden terpilih. Saat Biden dilantik, Netanyahu mengucapkan selamat kepadanya. Trump mengatakan dia merasa dikhianati dengan hal ini, dalam sebuah wawancara.
Namun, Perdana Menteri Israel telah melakukan upaya untuk menghidupkan kembali ikatan lama. Selama kunjungannya ke AS pada bulan Juli tahun ini, Netanyahu mengunjungi Trump di kediamannya di Mar-a-Lago di Florida. Axios melaporkan bahwa sekutu Netanyahu bahkan melakukan perjalanan ke Mar-a-Lago sebelum pertemuan kedua pemimpin tersebut, untuk membaca bagian-bagian dari buku Netanyahu, yang memuji Trump.
Pemimpin Israel juga mengunggah video di media sosial yang mengungkapkan keterkejutannya atas upaya pembunuhan terhadap Trump pada rapat umum di Pennsylvania pada bulan Juli, yang kemudian diunggah ulang oleh Trump di platform media sosialnya, Truth Social.
Pada saat yang sama, pemerintahan Biden telah menunjukkan bantuan diplomatik dan militer yang tak tergoyahkan kepada pemerintahan Netanyahu di tengah perang Israel di Gaza, di mana jumlah korban tewas warga Palestina mencapai 43.061 orang menurut badan kemanusiaan PBB (OCHA), pada tanggal 29 Oktober.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada 7 Oktober tahun lalu – menyusul serangan pimpinan Hamas terhadap desa-desa dan pos-pos militer di Israel selatan – pemerintahan Biden telah mengirimkan bantuan militer senilai miliaran dolar ke Israel.
Pada 4 Oktober lalu, Biden mengatakan pada konferensi pers bahwa dia tidak tahu apakah Netanyahu sengaja menunda perjanjian gencatan senjata di Gaza, meskipun ada laporan dan spekulasi bahwa pemimpin Israel mungkin sengaja menunda perjanjian, mungkin untuk mempengaruhi hasil pemilu AS.
“Tidak ada pemerintahan yang membantu Israel lebih dari saya. Tidak ada. Tidak ada. Tidak ada. Dan saya pikir Bibi harus mengingat hal itu,” kata Biden saat konferensi pers, merujuk pada Netanyahu dengan nama panggilannya.