Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Putin Jadi Tuan Rumah KTT BRICS 2024, Perang Lawan Ukraina Jadi Sorotan

Rusia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang akan digelar pada 22-24 Oktober 2024 di Kota Kazan.
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin berbicara saat konferensi pers setelah pertemuan puncak para pemimpin Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) di Bishkek, Kyrgyzstan, 13 Oktober 2023. Sputnik/Pavel Bednyakov/Pool via REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Rusia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang akan digelar pada 22-24 Oktober 2024 di Kota Kazan. 

Mengutip Reuters pada Selasa (22/10/2024), Rusia ingin menunjukkan meningkatnya pengaruh dunia non-Barat di tengah desakan dari negara anggota BRICS seperti China, India, Brasil, dan dunia Arab terhadap Presiden Vladimir Putin untuk menemukan cara mengakhiri perang di Ukraina.

Putin, yang dianggap oleh negara-negara Barat sebagai penjahat perang, mengatakan kepada wartawan dari negara-negara BRICS bahwa "BRICS tidak menentang siapa pun", dan pergeseran pendorong pertumbuhan global hanyalah sebuah fakta.

“Ini adalah perkumpulan negara-negara yang bekerja sama berdasarkan nilai-nilai bersama, visi pembangunan bersama, dan yang paling penting, prinsip mempertimbangkan kepentingan satu sama lain,” ujarnya.

KTT BRICS berlangsung ketika para pemimpin keuangan global berkumpul di Washington di tengah perang di Timur Tengah dan juga di Ukraina, perekonomian China yang lesu, dan kekhawatiran bahwa pemilihan presiden AS dapat memicu perang dagang baru.

Putin, yang memerintahkan pasukannya masuk ke Ukraina pada 2022 setelah delapan tahun pertempuran di Ukraina timur, dihujani pertanyaan oleh wartawan BRICS tentang prospek gencatan senjata di Ukraina.

Merespons pertanyaan tersebut, jawaban Putin adalah pihaknya tidak akan menyerahkan empat wilayah di Ukraina timur yang dikatakannya kini menjadi bagian dari Rusia, meskipun sebagian wilayah tersebut masih berada di luar kendalinya. Dia juga mengatakan Rusia ingin kepentingan keamanan jangka panjangnya ikut diperhitungkan di Eropa.

Dua sumber Rusia mengatakan, meski ada peningkatan pembicaraan di Moskow mengenai kemungkinan perjanjian gencatan senjata, namun belum ada yang konkrit. Selain itu, perhatian dunia juga tertuju pada hasil pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan digelar 5 November 2024 mendatang.

Rusia kini telah menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Krimea yang direbut dan dianeksasi secara sepihak pada 2014. Rusia juga telah menguasai sekitar 80% wilayah Donbas yang merupakan zona batubara dan baja yang terdiri dari wilayah Donetsk dan Luhansk serta lebih dari 70% wilayah Zaporizhzhia dan Kherson.

Putin mengatakan barat kini menyadari bahwa Rusia akan menang, namun dia terbuka untuk melakukan pembicaraan berdasarkan rancangan perjanjian gencatan senjata yang dicapai di Istanbul pada April 2022.

Menjelang KTT BRICS, Putin bertemu dengan Presiden Uni Emirat Arab Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan untuk pembicaraan informal yang berlangsung hingga tengah malam di kediamannya di Novo-Ogaryovo di luar Moskow.

Putin memuji Sheikh Mohammed dan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, yang tidak akan menghadiri pertemuan puncak di Kazan, atas upaya mediasi mereka mengenai Ukraina.

“Saya yakinkan Anda bahwa kami akan terus berupaya ke arah ini. Kami siap melakukan segala upaya untuk menyelesaikan krisis dan demi kepentingan perdamaian, demi kepentingan kedua belah pihak," kata Sheikh Mohammed kepada Putin.

Presiden China, Xi Jinping, dan Perdana Menteri India, Narendra Modi, akan hadir, meskipun Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membatalkan perjalanannya mengikuti saran medis untuk sementara waktu menghindari penerbangan jarak jauh setelah cedera kepala di rumah yang menyebabkan pendarahan otak ringan.

Akronim BRIC diciptakan pada tahun 2001 oleh kepala ekonom Goldman Sachs Jim O'Neill dalam sebuah makalah penelitian yang menggarisbawahi potensi pertumbuhan besar-besaran di Brasil, Rusia, India, dan China pada abad ini.

Rusia, India, dan China mulai bertemu secara lebih formal, yang pada akhirnya diikuti oleh Brasil, lalu Afrika Selatan, Mesir, Etiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Arab Saudi belum bergabung secara resmi.

Adapun, kelompok BRICS kini menyumbang 45% populasi dunia dan 35% perekonomian dunia, berdasarkan kemampuan daya beli. Meski demikian, China tercatat menyumbang lebih dari separuh kekuatan ekonomi kelompok BRICS.

Pangsa BRICS terhadap PDB global diperkirakan akan meningkat menjadi 37% pada akhir dekade ini, sementara pangsa negara-negara Barat yang termasuk dalam G7 akan turun menjadi sekitar 28% dari 30% pada tahun ini, menurut data dari International Monetary Fund (IMF).

Rusia berupaya meyakinkan negara-negara BRICS untuk membangun platform alternatif pembayaran internasional yang kebal terhadap sanksi Barat.

Namun perpecahan terjadi di dalam BRICS. China dan India, pembeli terbesar minyak Rusia, memiliki hubungan yang sulit, sementara hanya ada sedikit rasa kehilangan antara negara-negara Arab dan Iran.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper