Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menerka Arah Pemangkasan Suku Bunga The Fed Pasca Data Inflasi AS Memanas

Angka inflasi lebih tinggi dari perkiraan dan data tenaga kerja yang melonjak akan memperkuat perdebatan apakah The Fed berhenti sejenak menurunkan bunga acuan.
Karyawati menghitung dolar Amerika Serikat. Bisnis/Abdurachman
Karyawati menghitung dolar Amerika Serikat. Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), turut angkat suara terkait laporan inflasi AS periode September yang lebih tinggi dari estimasi sebelumnya. Inflasi merupakan salah satu indikator The Fed dalam menentukan suku bunga acuan di Amerika Serikat.

Pasar keuangan berharap The Fed memiliki keyakinan untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga acuan yang telah dimulai pada pertemuan lalu. Bahkan, pelaku pasar keuangan berkeyakinan The Fed dapat melakukan penurunan suku bunga acuan dalam dua pertemuan lagi di sisa tahun ini. Meski demikian, data terbaru rilis inflasi membuat keyakinan itu goyah. 

Mengutip Bloomberg pada Jumat (11/10/2024), tercatat tiga pejabat The Fed yang mengindikasikan kebijakan pelonggaran moneter dapat terus dilanjutkan meski inflasi mendaki. Sementara satu orang lain memilih untuk menunda pemangkasan suku bunga pascarilis data tersebut. 

“Dari bulan ke bulan, terdapat perubahan dan perubahan dalam data, namun kita telah melihat proses inflasi yang cukup stabil ini bergerak ke bawah. Saya berharap hal ini akan terus berlanjut,” kata Presiden Fed New York John Williams dalam sebuah acara di Binghamton University. 

Williams menambahkan menurutnya akan tepat untuk melanjutkan proses mengubah sikap kebijakan moneter ke pengaturan yang lebih netral seiring berjalannya waktu. 

Presiden Bank of Chicago Austan Goolsbee, dalam sebuah wawancara di CNBC, mengatakan tren keseluruhan inflasi selama 12 hingga 18 bulan jelas bergerak menurun. Sementara itu, rekannya dari The Fed Richmond, Thomas Barkin, mengatakan inflasi pasti menuju ke arah yang benar.

Satu pejabat yang berbeda suara adalah Raphael Bostic, Presiden Fed Atlanta. Dalam sebuah wawancara dengan Wall Street Journal dia mengungkapkan dalam proyeksi yang dirilis pada September, dirinya menyerukan pemotongan tambahan seperempat poin pada tahun ini. 

Adapun, The Fed memiliki dua pertemuan tersisa pada 2024. “Saya benar-benar merasa nyaman untuk melewatkan pertemuan jika data menunjukkan hal tersebut pantas dilakukan,” katanya.

Adapun, Indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi Amerika Serikat naik lebih dari proyeksi pada September 2024, melampaui proyeksi analis yang memperkirakan perlambatan inflasi lebih lanjut.

Melansir Bloomberg, Kamis (10/10/2024), Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) AS naik 2,4% year on year (YoY) pada September 2024, melampaui proyeksi analis sebesar 2,3% YoY.

Dibandingkan bulan sebelumnya (month on month/MoM), inflasi AS mencapai 0,2%, lebih tinggi dari proyeksi analis sebesar 0,1%

Sementara itu, CPI inti yang tidak termasuk biaya makanan dan energi naik 0,3% MoM dan 3,3% YoY. Para ekonom melihat data inflasi inti sebagai indikator yang lebih baik daripada inflasi secara keseluruhan.

Gabungan tempat tinggal dan makanan menyumbang lebih dari 75% dari keseluruhan kenaikan bulanan. Harga barang juga naik setelah turun secara konsisten selama setahun terakhir.

Angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, bersama dengan data tenaga kerja AS pekan lalu yang melonjak, kemungkinan akan memperkuat perdebatan apakah Federal Reserve (The Fed) akan memilih penurunan suku bunga yang kecil bulan depan atau berhenti sejenak setelah penurunan besar di bulan September.

Kepala Ekonom di Wolfe Research, Stephanie Roth mengatakan, hal ini dapat menyebabkan beberapa pejabat Fed mempertimbangkan untuk menghentikan pemotongan suku bunga, tergantung pada apa yang diungkapkan oleh data selanjutnya.

“Saya rasa data hari ini tidak banyak mengubah narasinya. Kami telah memperkirakan bahwa mereka akan melakukan pengurangan pada setiap pertemuan, namun mereka dapat dengan mudah melakukan pengurangan pada setiap pertemuan lainnya jika data pasar tenaga kerja dan inflasi terus berada pada jalurnya saat ini,” katanya.

Meskipun hanya Bostic yang memberikan tanda-tanda akan adanya jeda dalam pemotongan suku bunga, Williams dan Barkin dengan hati-hati mengatakan bahwa perjuangan melawan inflasi belum sepenuhnya berakhir.

“Masih ada jarak yang harus ditempuh untuk mencapai target kami sebesar 2%, namun kami jelas bergerak ke arah yang benar. Data tersebut memberikan gambaran perekonomian yang telah kembali seimbang,” kata Williams.

Sementara itu, Barkin mengatakan dia belum siap untuk menyatakan kemenangan atas berakhirnya tren inflasi di AS.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper