Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyebut banjirnya produk impor ke pasar dalam negeri menjadi pemicu deflasi 5 bulan berturut-turut.
Merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS) disebutkan bahwa indeks harga konsumen (IHK) pada September 2024 mengalami deflasi 0,12% secara bulanan (month-to-month/mtm). Kondisi penurunan terjadi sejak Mei lalu.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, dari kacamata industri manufaktur, deflasi disebabkan produk impor sehingga memengaruhi industri dalam negeri.
"Kalau supply-nya banyak apalagi dari impor kan pasti memengaruhi deflasi. Jadi kita ngeliatnya karena barang-barang impornya banyak masuk ke Indonesia," kata Agus saat ditemui di Kantor Kemenperin, Senin (7/10/2024).
Namun, dia menggarisbawahi bahwa biang kerok deflasi dari kacamata sektor lainnya dapat berbeda. Pihaknya beranggapan bahwa deflasi dapat teratasi dengan melakukan pembatasan produk impor murah.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif mengatakan, pembatasan produk impor murah akan membuat produk manufaktur dapat menaikkan harga di pasar.
Baca Juga
"Kalau harga produk manufaktur dalam negeri di pasar domestik bisa naik itu akan meningkatkan permintaan atas produksi, kalau produksi meningkat maka industri akan lebih berani memberikan insentif tambahan atau menyerap tenaga kerja baru," ujar Febri.
Dia meyakini apabila tenaga kerja baru semakin meningkat maka pendapatan dan daya beli masyarakat akan ikut bergairah sehingga mampu mengurangi deflasi. Sebab, harga barang manufaktur dapat meningkat apabila daya beli telah pulih.
Untuk itu, Febri meminta kementerian/lembaga terkait untuk merealisasikan kebijakan pembatasan produk impor barang jadi guna mengatasi akar masalah dari deflasi 5 bulan beruntun.
"Supaya harga produk impor jadi seperti tekstil pakaian jadi ubin keramik itu bisa naik, sekarang kan banyak produk impor itu yang murah harganya, dan itu menurut kami bisa memicu deflasi," tuturnya.