Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsensus Ekonom: Inflasi Tahunan Mereda, Deflasi Bulanan Berlanjut pada September 2024

Konsensus ekonom memperkirakan bahwa inflasi tahunan akan mereda ke 2% pada September 2024, tetapi terjadi deflasi lima bulan berturut-turut.
Ilustrasi buah-buahan dan sayur yang diperdagangkan di pasar. / dok. Relex
Ilustrasi buah-buahan dan sayur yang diperdagangkan di pasar. / dok. Relex

Bisnis.com, JAKARTA — Rilis data indeks harga konsumen September 2024 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan menjadi sorotan, pasalnya sejumlah ekonom memperkirakan bahwa Indonesia akan mengalami deflasi lima bulan berturut-turut.

Dikutip dari laman Kementerian Keuangan (Kemenkeu), deflasi adalah fenomena penurunan harga yang ada di suatu wilayah, biasanya terjadi karena kekurangan jumlah uang beredar sehingga daya beli masyarakat turun. Sebaliknya, inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga-harga karena tidak seimbangnya arus uang dan barang.

Bagaimana kondisi Indonesia pada September 2024? Hal itu di antaranya dapat dilihat dari perkiraan terbaru indeks harga konsumen (IHK) dari para ekonom.

Berdasarkan konsensus proyeksi yang dihimpun Bloomberg, para ekonom memperkirakan bahwa secara tahunan inflasi di Indonesia akan mereda. Dari 29 ekonom, nilai tengah proyeksi inflasi September 2024 adalah 2,00% (year on year/YoY), turun dari posisi Agustus 2024 dengan inflasi 2,12% (YoY).

Proyeksi terendah inflasi tahunan pada September 2024 adalah 1,80%, sedangkan tertinggi 2,20%. Tercatat 20 ekonom memproyeksikan bahwa inflasi tahunan pada September 2024 akan lebih rendah dari bulan sebelumnya.

Meskipun demikian, kondisinya berbeda apabila ditilik dari pergerakan IHK secara bulanan. Para ekonom memperkirakan bahwa masih akan terjadi deflasi bulanan pada September 2024.

Berdasarkan konsensus yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah proyeksi para ekonom adalah terjadi deflasi 0,02% (month to month/MtM). Kondisinya hanya sedikit berkurang dari Agustus 2024 dengan catatan deflasi 0,03% (MtM).

Proyeksi tertinggi adalah akan terjadi inflasi 0,10% (MtM) pada September 2024, sedangkan proyeksi terendahnya adalah deflasi hingga 0,11% (MtM). Perlu dicatat, 10 ekonom meramal bahwa akan terjadi deflasi secara bulanan.

Apabila pergerakan IHK September 2024 sesuai dengan proyeksi para ekonom, artinya Indonesia mencatatkan defisit lima bulan secara beruntun.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual meramalkan akan terjadi deflasi yang lebih dalam dari Agustus 2024, yakni akibat harga bahan pokok yang juga melambat.

"Terutama beras karena efek high base, 12,6% YoY [pada September 2023] menjadi 7,8% YoY [pada September 2024], dengan harga tetap turun secara MtM," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).

David menjelaskan sebagian bahan pangan masih deflasi, seperti cabai merah -19% (MtM), beras, daging ayam, daging sapi, telur ayam. Sementara beberapa harga bahan pokok lain naik tipis.

Sementara itu, inflasi inti akselerasi, baik secara bulanan maupun tahunan yang masing-masing sebesar 2,03% dan 0,14%. Salah satunya karena akselerasi harga emas.

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memprediksikan IHK September 2024 akan berada di rentang deflasi 0,05% hingga inflasi 0,05% sejalan dengan masih lemahnya beli masyarakat.

"Potensi deflasi masih ada. Ini indikasi sampai dengan saat ini kecenderungan konsumsi lemah secara keseluruhan. Jadi, faktor demand yang paling mempengaruhi ini tidak lepas dari menurunnya sisi income," tuturnya kepada Bisnis, Senin (30/9/2024).

Faisal melihat pendapatan riil utamanya turun atau tertahan, sehingga kecenderungan masyarakat melakukan belanjanya lebih selektif dengan memprioritaskan makanan ketimbang kebutuhan sekunder maupun tersier. Alhasil, hal ini yang mempengaruhi lemahnya peningkatan penjualan barang-barang secara umum.

Meski demikian, Faisal menilai deflasi yang terjadi pada akhir kuartal III/2024 ini merupakan rutin terjadi secara tahunan.

"Melihat siklus, umumnya September inflasi relatif rendah setiap tahun. Puncak inflasi pada Ramadan Lebaran, kemudian akan terus turun sampai September, Oktober mulai naik lagi dan puncaknya di Desember dan Januari," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper