Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom UOB Ramal The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga hingga ke 3,5%

Senior Economist UOB Enrico Tanuwidjaja mengatakan bahwa masih ada potensi The Fed memangkas suku bunga lagi hingga ke level 3,5%.
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger
Bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, 14 Juni 2022./REUTERS-Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA - Senior Economist UOB, Enrico Tanuwidjaja, menyatakan bahwa masih ada potensi The Fed memangkas suku bunga.

Menurut pandangannya, akan ada penurunan kumulatif sebesar 50 basis poin (bps) pada kuartal IV tahun ini, diikuti penurunan 100 bps sepanjang 2025. Dia pun memperkirakan usku bunga akan stabil atau mencapai titik keseimbangan di level 3,5%.

Dia menyebut, akan tetapi ini bukan berarti Rupiah akan terus menguat karena volatilitas pasar finansial bukan turun tapi justru meningkat.

“Kalau dilihat ada tiga resesi terakhir, yakni jelang Covid, great financial crisis dan IT crisis itu The Fed cut banyak sekali minimal 500 sampe mungkin 600 bps. Tapi, kali ini kita tidak, kelihatannya sih ya mudah-mudahan tidak akan masuk resesi,” ujarnya dalam UOB Economic Outlook 2025, Rabu (25/9/2024). 

Lebih lanjut, Enrico menjelaskan bahwa pemangkasan suku bunga kali ini mirip dengan kejadian pada tahun 1995, ketika The Fed menurunkan suku bunga beberapa kali secara bertahap (cut post and cut) atau seperti pada tahun 1998, di mana The Fed menurunkan suku bunga, lalu menaikkannya kembali (cut and hike). 

Dia melanjutkan, jika belanja fiskal Amerika Serikat meningkat drastis, karena presiden terpilih memutuskan untuk melakukan pengeluaran besar-besaran, maka The Fed harus mempertimbangkan kembali kebijakan suku bunganya, karena pasar keuangan pasti akan meningkat dalam situasi seperti itu.

“Kita lihat di bottom chart Indonesia semenjak 2011-2019 rupiah terdepresiasi Rp8.000 sampai Rp16.000 apa yg terjadi? Ini struktur fundamental yaitu current accout defisit dan net FDI kita masih kurang strong jadi wajar,” ucapnya. 

Namun dia menyoroti bahwa di era tersebut, harga komoditas cenderung stagnan. Justru, pasca Covid-19, terbukti bahwa fundamental ekonomi kuat, rupiah terbilang stabil. Meski, rupiah mungkin sempat melemah, itu lebih disebabkan oleh faktor eksternal. 

“Pendalaman pasar finansial adalah krusial,” ujarnya. 

Sebagaimana diketahui, pada pekan lalu, The Fed dan Bank Indonesia (BI) kompak menurunkan tingkat suku bunga acuan masing-masing sebesar 50 dan 25 basis poin. Pemangkasan ini membuat suku bunga The Fed berada di kisaran 4,75% – 5%, sedangkan BI rate sebesar 6%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper