Bisnis.com, JAKARTA - Ketahanan ekonomi Indonesia di masa mendatang disebut terancam seiring dengan menurunnya jumlah masyarakat kelas menengah.
Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menjelaskan, kelas menengah merupakan faktor penting yanag mempengaruhi kinerja perekonomian suatu negara. Dia menjelaskan, pada sisi permintaan agregat berdampak melalui konsumsi, yang jika meningkat pesat akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Awalil menuturkan, hal tersebut kemudian akan mempengaruhi tingkat kesejahteraan, menurunkan ketimpangan, serta memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
"Pada sisi penawaran, (kelas menengah) mempengaruhi melalui penciptaan lapangan pekerjaan dan kondisi pekerja, yang jika meningkat akan menumbuhkan pendapatan. Ini akan memberi kesempatan luas pada investasi modal manusia atau pendidikan yang selanjutnya berpotensi menambah jumlah kelompok kelas menengah di masa mendatang," jelas Awalil dalam diskusi daring pada Selasa (17/9/2024).
Dia melanjutkan, berkurangnya masyarakat kelas menengah mengindikasikan kinerja ekonomi yang kurang baik selama era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Apalagi, tren ini diikuti dengan bertambahnya kelompok menuju kelas menengah (aspiring middle class) dan kelompok rentan miskin. Awalil bahkan menyebut stagnasi jumlah penduduk miskin terjadi pada periode 2019-2024.
Menurutnya, fenomena tersebut akan meningkatkan risiko perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang.
Baca Juga
"Apalagi jika terjadi guncangan eksternal atau kondisi global yang memburuk, maka Indonesia tidak memiliki daya tahan yang cukup kuat," jelas Awalil.
Dia menambahkan, berkurangnya kelas menengah akan menyulitkan pertumbuhan konsumsi. Awalil juga mengatakan, penurunan jumlah masyarakat kelas menengah akan menggerus sebagian investasi yang berskala kecil dan menengah.
Awalil mengatakan, masyarakat kelas menengah bukan satu-satunya kelompok yang terancam. Dia menyebut, Sebenarnya warga yang masuk dalam kategori rentan miskin dan miskin memiliki masalah lebih serius.
"Banyak dari mereka yang tidak tergolong miskin namun berada di sekitar garis kemiskinan, dan sangat rentan untuk jatuh miskin. Sebagiannya hanya terbantu oleh program bansos dan semacamnya," jelasnya.
Dia melanjutkan, fenomena ini menyebabkan suramnya prospek perekonomian. Bahkan, kesenjangan sosial akan cenderung meningkat dan bisa berdampak pada ketidakstabilan sosial dan politik.
"Ini juga ditambah melemahnya daya tahan perekonomian nasional jika terjadi guncangan eksternal pada tahun-tahun mendatang," kata Awalil.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui adanya penurunan jumlah warga kelas menengah di Indonesia.
Airlangga menuturkan, saat ini jumlah warga kelas menengah di Indonesia adalah sekitar 17,13%. Sementara itu, jumlah warga yang menuju ke kelas menengah atau aspiring middle class disebut mendekati sekitar 50%.
"Tentunya pada waktu sebelum pandemi Covid-19, angkanya [jumlah warga kelas menengah] sedikit lebih tinggi," kata Airlangga.
Jika mengacu pada pernyataan Airlangga tersebut, jumlah warga kelas menengah Indonesia saat ini berarti mencapai 47,85 juta orang dari total 270 juta penduduk Indonesia. Sementara itu, jumlah warga menuju kelas menengah adalah sekitar 137,5 juta orang.