Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia terpantau terus mengandalkan Australia sebagai negara pemasok gandum dan meslin usai produsen lainnya, Ukraina, menghadapi perang dengan Rusia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat total impor gandum dan meslin selama Januari hingga Agustus 2024 mencapai 8,44 juta ton atau senilai US$2,56 miliar.
Artinya, dalam 8 bulan terakhir, Indonesia telah membeli gandum dan meslin sekitar Rp39,25 triliun (Rp15.333 per dolar AS) dari sejumlah negara produsen, termasuk Australia dan Ukraina.
“Adapun, negara asal impor terbesar untuk komoditas ini [Januari-Agustus 2024] adalah Australia,” ungkap Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Selasa (17/9/2024).
Secara total, impor nonmigas Indonesia kumulatif pada periode Januari-Agustus 2024 senilai US$127,83 miliar. Sementara importasi gandum mencapai US$2,56 miliar.
Melihat lebih lanjut data BPS untuk gandum, terbesar komoditas yang diimpor dengan kode HS 8 digit yakni HS 110019912 (biji gandum tanpa cangkang) yang mencapai 6,3 juta ton sepanjang Januari-Agustus 2024.
Baca Juga
Volume tersebut meningkat baik secara tahunan, bulanan, maupun secara kumulatif yang masing-masing sebesar 16,14%, 29,24%, dan 23,41%.
Sementara jenis gandum dari kode HS 10019919 (lain-lain dari gandum, layak untuk dikonsumsi manusia) mencatatkan volume sebesar 2,14 juta ton. Sisanya, terdiri atas impor gandum durum.
Secara umum, impor gandum kumulatif terbesar masih dari Australia yang mencapai 2,27 juta ton atau setara US$707,39 juta, kemudian Kanada sebanyak 1,82 juta ton atau US$639,71 juta, dan Argentina 1,32 juta ton atau US$373,56 juta.
Impor dari Ukraina Vs Australia
Adapun, Indonesia juga masih mengandalkan Ukraina sebagai salah satu negara produsen gandum dan meslin, yang menjadi sumber karbohidrat selain dari beras/nasi, walaupun tidak sebanyak sebelumnya.
Pada 2021 lalu, sebelum perang dengan Rusia meletup, Ukraina mampu mengirimkan komoditas tersebut sekitar 2,83 juta ton dengan nilai US$843,6 juta.
Kemudian pada 2022, impor gandum dari Ukraina anjlok menjadi US$61,33 juta dengan volume sekitar 166.758 ton.
Kini impor gandum dari Ukraina tercatat mengalami peningkatan dari US$96,46 juta (Januari-Agustus 2023) menjadi US$371,31 juta pada periode yang sama tahun ini atau meningkat mencapai 284,95%. Peningkatan signifikan juga terjadi pada realisasi impor pada Agustus 2024 yang senilai US$96,8 juta dibandingkan Agustus 2023 yang hanya US$13,6 juta atau naik 611,98%.
Untuk memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri, Indonesia tercatat membeli gandum dari Australia pada 2022 mencapai 4,19 juta ton atau senilai US$1,7 miliar. Nilai tersebut meningkat dari impor gandum pada 2021 yang senilai US$1,45 miliar, namun secara volume mengalami penurunan dari 2021 yang mencapai 4,63 juta ton.
Di tengah peningkatan impor gandum dari Ukraina saat ini, BPS justru mencatat adanya penurunan pembelian gandum dari Australia baik secara tahunan, bulanan, dan kumulatif.
Sepanjang Januari hingga Agustus 2024 saja, impor dari Negeri Kanguru tersebut senilai US$707,39 juta. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya, impor mencapai US$1,11 miliar.
Sementara khusus Agustus, pembelian gandum tercatat senilai US$61,9 juta atau lebih rendah dari Agustus 2023 yang senilai US$165,43 juta.
Nilai impor gandum dan meslin dari lima negara produsen per Agustus 2024
Negara | Agustus 2023 (US$, juta) | Agustus 2024 (US$, juta) | Perubahan (%) |
---|---|---|---|
Ukraina | 13,6 | 96,8 | 611,76 |
Kanada | 115,83 | 82,99 | - 28,35 |
Australia | 165,43 | 61,9 | -62,58 |
Rusia | 15,54 | 30,6 | 96,91 |
Amerika Serikat | 3,96 | 12,14 | 206,56 |
Sumber: BPS