Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Bidik Penyimpanan Energi Baterai untuk EBT Capai 18 GW di 2060

Indonesia memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya alam menjadi nilai tambah berupa baterai yang akan menjadi bagian dari transisi energi.
Teknisi melakukan pemeriksaan panel surya di gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM di Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha
Teknisi melakukan pemeriksaan panel surya di gedung Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM di Jakarta, Selasa (9/7/2024). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap rencana target pengembangan penyimpanan energi baterai atau Battery Energy Storage System (BESS) untuk energi baru terbarukan (EBT) hingga 2060.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, mengatakan Indonesia memiliki kemampuan untuk mengolah sumber daya alam menjadi nilai tambah berupa baterai yang akan menjadi bagian dari transisi energi.

"Target dari baterai sebagai energy storage sampai tahun 2060 itu 18 gigawatt baterai energi storage. Jadi kebutuhan kita banyak, 2 gigawatt sampai 2030," kata Eniya kepada wartawan di JCC Senayan, Kamis (5/9/2024). 

Adapun, target tersebut tertuang dalam Rancangan Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL). Target tersebut merupakan bagian dari upaya penyediaan energi untuk akomodasi di sejumlah wilayah yang tidak memiliki transmisi listrik. 

Eniya menerangkan, penyimpanan energi baterai diperlukan untuk mengombinasikan energi terbarukan yang fluktuatif dengan baterai. Dalam hal ini, baterai diperlukan untuk menjadi pangsa pasar di Indonesia Timur. 

Sebab, di wilayah tersebut hanya ada off grid system atau pembangkit listrik yang tidak berhubungan ke jaringan listrik. Adapun, supply listrik dihasilkan dari air atau solar. 

"Sehingga kita sedang mendorong konsep smart grid system dikombinasi dengan baterai energi storage system," jelasnya. 

Sebagai informasi, Eniya melaporkan bahwa saat ini total kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia sekitar 91 gigawatt dan sebagian besar berasal dari batubara, sementara energi terbarukan sekitar 13 gigawatt. 

Untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060, Eniya menyebutkan 2 tantangan besar yang dihadapi yaitu penghentian bertahap Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan meningkatkan EBT untuk menggantikan bahan bakar fosil serta memenuhi pertumbuhan kebutuhan yang diproyeksi 4% per tahun.

Sebagai solusi, pemerintah telah menetapkan rencana untuk pengembangan 367 gigawatt (GW) pembangkit listrik EBT pada tahun 2060. Kapasitas PLTS akan menjadi 115 GW, pembangkit listrik terbesar, diikuti oleh PLTA (46 GW), PLT Amonia (41 GW), dan PLTB (37 GW). Selain itu, tidak ada tambahan pembangkit listrik batu bara setelah tahun 2030, kecuali yang sedang dalam tahap konstruksi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper